Minggu, 01 Mei 2016

Suka Susu Mama 01

Namaku Angga. Umurku 15 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adik kecilku yang cantik, Shita, masih berumur 1 tahun dan masih menyusui. Sering aku mendapatkan kesempatan melihat Shita menyusu pada buah dada Mamaku yang indah. Mamaku bernama Rahayu, umurnya 35 tahun. Tentu saja dia masih terlihat sangat cantik.

Seharusnya tidak ada yang aneh ketika melihat mamaku menyusui Shita, tapi sejak aku mengenal bokep, aku jadi berpikiran kotor tiap melihat buah dada mamaku yang terpampang bebas itu. Aku bahkan sering berpikir-pikir sendiri bagaimana rasanya air susunya. Apakah manis? Atau hambar? Karena aku tidak bisa mengingat bagaimana rasanya dulu.

Akhirnya tiap mamaku menyusui Shita, aku selalu berusaha agar aku berada di depannya. Tentunya agar aku dapat dengan leluasa melihat buah dadanya yang mengalirkan air susu itu ke mulut adikku. Pemandangan yang seharusnya penuh kasih sayang, malah menjadi objek fantasi mesumku. Sering setelah selesai memperhatikan mamaku menyusui, aku kemudian mengurung diri di dalam kamar untuk beronani, tentu saja yang menjadi objek onaniku adalah mamaku, khususnya buah dadanya.

Awalnya mamaku tidak tidak terlalu mempedulikan keberadaanku, tapi setelah beberapa kali setiap dia menyusui Shita aku selalu berada di depannya, diapun sepertinya merasa risih juga dan akhirnya menegurku.

“Sayang.. Kenapa sih kamu liatin mama nyusuin adikmu terus?”

“Eh, g-gak ada apa-apa kok ma”

“Beneran? Kamu cemburu ya sama adikmu?” tebak mamaku.

“Cemburu? Kenapa harus cemburu ma?”

“Mama pikir kamu cemburu karena juga ingin minum susu kayak Shita” godanya sambil tersenyum manis padaku.

“Bu-bukan kok ma, tapi cemburu juga sih dikit, hehe” Tentu saja bukan karena cemburu alasanku selalu memperhatikan buah dadanya, tapi karena aku selalu berfantasi mesum setiap melihatnya menyusui adikku.
“Emang gak boleh ya ma kalau aku menyusu lagi?” ujarku berani untung-untungan.

“Hihihi… Kamu kan udah gede. Masa masih nyusu ke mamamu juga sih?” tawanya yang membuat buah dadanya berayun.

“Gak apa kan ma? Kan aku anaknya mama juga”

“Tapi tetap aja gak pantas anak seumurmu itu masih nyusu. Udah ah sana, jangan lihatin mama nyusuin Shita terus” ujarnya kemudian.

Meskipun dia menyuruhku pergi, tapi aku tetap saja terus berada di sana. Mengetahui mama tidak lagi menegurku aku merasa senang sekali. Akupun lanjut terus memandangi buah dadanya sambil pikiranku melayang kemana-mana. Ingin sekali rasanya aku di sana menggantikan posisi adikku yang sedang menyusu itu. Mama akhirnya pasrah saja dan membiarkan aku terus di depannya. Bahkan entah kenapa rasanya mama seperti berlama-lama menyusui Shita, seolah sengaja memanjakan mataku yang selalu penasaran dengan buah dadanya yang indah itu.

“Sayang…” panggil mamaku beberapa saat kemudian. Ku rasa mama hendak menegurku lagi.

“I-iya ma?”

“Mama tahu kok kalau kamu penasaran dengan buah dada mama. Selama ini kamu bahkan selalu berpikiran jorok kan setiap melihat mama menyusui adikmu? Kelihatan lho dari matamu” ujar mamaku yang membuat aku jadi salah tingkah.

“Eh, i-itu…” kataku mencoba menyangkal, tapi aku terlalu grogi karena tebakan mamaku benar adanya.

“Gak usah gemetaran gitu. Itu normal kok untuk anak laki-laki seusiamu. Kalau kamu ingin melihat boleh saja, tapi hanya melihat saja yah, gak boleh lebih” ujar Mama sambil tersenyum. Aku tak menyangka mama akan berkata seperti itu. Aku pikir tadi dia akan marah. Tapi mendengar mama berkata seperti itu aku malah tidak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan.

“Be-beneran ma?” tanyaku memastikan.

“Iya… tapi tidak lebih dari melihat saja. Mama ngerti kok kalau kamu sedang penasaran-penasarannya dengan tubuh wanita. Walau mama tidak menyangka kalau malah tubuh ibu kandungmu sendiri yang kamu jadikan objek fantasi, bandel yah kamu, hihihi” ucap mama tertawa kecil. Aku hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.

“Sebentar lagi kamu UN kan? Sebagai gantinya, mama minta kamu untuk lebih rajin belajarnya. Bisa kan?” lanjutnya lagi.

“Bi-bisa Ma”

“Janji?”

“Iya Ma, aku janji” ucapku.

“Bagus… Ya sudah, mama masih ingin terus menyusui adikmu, kalau kamu masih pengen lanjut lihat silahkan, kalau mau pergi juga silahkan” ujar mama sambil senyum-senyum.

“Pengen di sini aja Ma”

“Dasar kamu, udah mama duga kok” ujarnya dengan tertawa kecil lagi. Mamapun kembali konsentrasi menyusui Shita, sedangkan aku juga konsentrasi memandangi buah dadanya dengan pikiran jorok melayang kemana-mana.

Sejak saat itu jadilah aku tanpa sungkan lagi selalu berada di depan mama tiap kali dia menyusui adikku. Mama tidak pernah menegurku lagi. Selalu memanjakan mataku dengan menunjukkan buah dadanya yang sedang menyusui itu untuk aku fantasikan sesuai khayalan jorokku. Bahkan pernah mama sendiri yang menawarkan padaku jika aku pengen melihat.

“Mama mau menyusui adikmu, apa kamu pengen lihat sayang?” begitu ucapnya. Kalau ditawari begitu tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan tawarannya.

Saat menyusui Shita, dia juga pernah membuka kedua cup branya untuk menunjukkan buah dada yang satunya padaku. Sungguh pemandangan yang membuat aku panas dingin. Khayalan jorokku semakin melayang-layang dibuatnya. Dan seperti biasa, setiap setelah melihatnya menyusui Shita, aku pasti akan langsung beronani di dalam kamar atau kamar mandi.

Mama juga seakan menggetahui kalau aku selalu tidak tahan ingin mengeluarkan isi buah zakarku sehabis memandangi buah dadanya.
“Udah sana keluarin ke kamar mandi, mama udahan nyusuin adikmu” ucapnya.

Tentunya perbuatanku ini hanya bisa ku lakukan bila tidak ada papa di rumah, karena bila ada papa aku pasti akan kena tegur olehnya karena selalu melihat buah dada mama.

Semakin hari aku semakin menginginkan hal lebih. Aku berharap mendapatkan hal yang lain dari sekedar hanya melihat mama menyusui. Hingga suatu hari akupun iseng memintanya pada mama.

“Ma, aku boleh gak ikutan nyusu?” pintaku untung-untungan.

“Kamu ini… kan udah mama bilang hanya boleh melihat saja” jawabnya.

“Cuma pengen coba sedikit aja kok Ma…”

“Duuuuuh… Kamu ini kok sepertinya penasaran sekali sih ingin menyusu lagi?”

“Iya ma, aku penasaran”

“Kan udah mama bilang, kalau kamu itu udah gede. Hmm… Kalau kamu mau nanti mama perahin untuk kamu deh ke gelas” balasnya. Aku hanya diam karena agak kecewa, tentu saja aku menginginkan dapat menyusu langsung padanya. Yah, tapi ku pikir tidak ada salahnya juga mencoba air susunya yang sudah ditampung di gelas. Itu sudah cukup membuat fantasiku semakin liar.

Setelah menyusui Shita, mama lalu mengajakku pergi ke dapur. Ternyata dia ingin memberiku tontonan bagaimana dia memerah susunya ke dalam gelas. Aku senang sekali sekaligus deg-degkan dibuatnya. Mama kemudian membuka daster dan bra-nya.

“Silahkan kalau kamu ingin mengkhayal” ucapnya sambil senyum-senyum lalu mulai memerah buah dadanya sendiri. Argh… sungguh pemandangan yang luar biasa. Aku konak bukan main melihatnya. Air susunya tampak mancur-mancur dan menetes cukup kencang ke dalam gelas.

“Ini yang kamu suka? Kamu suka melihat air susu ibu kandungmu ini tumpah-tumpah ke gelas?” Godanya sambil tersenyum manis.

“I-iya ma” jawabku gagap karena saking groginya. Mama terus memerah buah dadanya hingga beberapa saat kemudian gelas kecil itu telah terisi setengahnya.

“Ini, mama pikir cukup segini” ucapnya sambil menyerahkan gelas itu padaku. Dengan bersemangat dan juga grogi aku raih gelas itu dan meminumnya. Rasanya cenderung tawar, tapi memang bukan rasanya yang ingin aku cari, tapi sensasinya. Sungguh membuat aku belingsatan saat itu. Aku meminum air susunya dengan penis ngeceng maksimal.

“Enak?”

“E-enak Ma”

“Udah hilang kan penasarannya?” tanyanya lagi, aku hanya cengengesan. Tentu saja itu belum cukup, aku masih ingin yang lebih dari ini. Mamapun sepertinya tahu kalau bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Senyumnya terus saja menggodaku.

“Kurang Ma… boleh minta lagi?” pintaku karena melihat mama akan mengenakan pakaian dan branya kembali. Aku belum puas dan ingin melihat buah dadanya terus.

“Cukup itu dulu yah hari ini, besok kalau kamu mau akan mama perah lagi untuk kamu. Ya sayang?”

“I-iya deh ma” jawabku menuruti saja, aku tidak ingin juga terlalu memaksa.

“Udah sana kamunya ke kamar mandi, lepasin dulu biar plong, hihi” suruhnya yang langsung aku turuti. Aku lalu mengambil sisa-sisa air susu yang ada di gelas kemudian ku tampung ke tanganku, yang kemudian aku gunakan untuk dibalurkan ke penisku saat aku ngocok. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku muncrat sangat banyak dengan cara seperti itu.

Hari-hari selanjutnya aku jadi rutin selalu minum air susu perahan mama di dalam gelas. Sepertinya nilai pelajaranku bertambah bagus karena tiap hari meminum ASI nya. Mama sungguh baik mau menyisihkan susunya untukku. Melihat dia menyusui si kecil, lalu minum air susunya di gelas, kemudian lanjut dengan onani, begitu terus aktifitasku setiap hari. Mama selalu memerah air susunya untuk ku minum, aku juga memerah isi kantong zakarku setelahnya.

“Sekarang kamu gak cemburu lagi kan sayang? Kamu juga udah dapat, semua anak mama sudah kebagian susu” ujarnya.

“Tapi air susu mama gak habis kan?”

“Nggak kok, malah mama pikir jadi semakin bertambah banyak gara-gara kamu ikut-ikutan nyusu” jawabnya dengan tertawa kecil. Aku ikut senang, karena semakin banyak air susu di buah dadanya, berarti jatahku juga semakin banyak. Terlihat dari yang dulunya hanya setengah gelas, kini hampir satu gelas penuh. Sewaktu mama memerah buah dadanya, air susunya juga menyemprot lebih kencang, yang tentunya semakin memanjakan mataku, anak kandungnya.

Berkali-kali aku juga masih mencoba peruntunganku untuk dapat menyusu langsung padanya, tapi mama selalu menolaknya. Hingga suatu hari mama sepertinya capek dengan aku yang terus saja mendesaknya.

“Kalau kamu memang penasaran, tungguin mama nanti malam setelah papamu tidur” ujar mama akhirnya setelah aku desak terus. Aku girang bukan main mendengarnya. Akhirnya yang aku idam-idamkan datang juga. Mama membolehkan aku untuk menyusu langsung padanya.

“Berarti siang ini tidak ada jatah susu untukmu yah sayang…” sambung mama lagi.

“Iya ma, gak apa”

“Dasar kamu ini, senang yah kamunya? Berarti onaninya juga diundur nanti malam dong sayang?” godanya.

“Iya ma, hehe. Gak apa kan ma?”

“Terserah kamu, dasar anak nakal” ucap mama menjawil hidungku dan menarik-nariknya. Ah… kurasa aku semakin jatuh cinta padanya, pada ibu kandungku yang cantik ini. Aku sebenarnya ingin meminta nyusu sekarang saja, tapi ku urungkan karena ku pikir sudah bagus mama mau memenuhi kemauanku.

~~

Malamnya aku menunggu mama dengan antusias di kamarku. Rasanya lama sekali. Waktu masih menunjukkan pukul 10 malam, mereka biasanya baru masuk ke kamarnya jam 11 malam setelah menonton sinetron. Saking lamanya menunggu aku bahkan sampai ketiduran dibuatnya. Hingga akhirnya sekitar jam 1 malam mama masuk ke kamarku dan membangunkanku. Ternyata mama membawa serta si kecil Shita ke kamarku. Katanya biar gak susah kalau tiba-tiba adikku menangis dan rewel.

Aku sangat senang mama benar-benar datang, tapi aku juga berdebar-debar menanti hal baru yang sangat aku impikan ini.

“Benar kan Ma kalau aku boleh nyusu?” tanyaku lagi seakan belum percaya.

“Iya…” jawab mama dengan senyum manis. “Nilai-nilai sekolahmu mama liat semakin bagus. Jadi mama pikir tidak apa-apa memberimu sedikit hadiah, membolehkanmu mencobanya sedikit” sambungnya lagi.

“Makasih Ma, aku senang banget”

“Dasar kamu, ya sudah… mau sekarang?”

“Iya ma” Jawabku girang.

“Tapi jangan berisik yah… Bisa gawat kalau papamu tau kalau kamu yang sudah segede gini masih netek ke mamanya” godanya sambil cekikikan. Dia lalu meletakkan si kecil di atas ranjang. Mama kemudian mengikat rambutnya dan mulai menyingkap dasternya dan branya. Semuanya dilakukan secara perlahan hingga kedua buah dadanya yang bening mulus yang penuh berisi susu dengan hiasan urat-urat hijau itu terpampang di hadapanku. Sungguh pemandangan yang membuat aku konak.

“Kamu siap sayang?” tanyanya sambil mengerling padaku.

“I-iya mah”

Mama kemudian naik ke tempat tidur dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Aku juga segera menyusul mama naik ke tempat tidur, langsung terburu-buru mendekatkan mulutku ke buah dadanya. Tapi belum sampai bibirku mengenai buah dadanya, tiba-tiba Mama menahan kepalaku dengan tangannya seperti menyetop.

“Kamu nyusu atau nafsu sih?” tanyanya kemudian.

“Nyu-nyusu Ma….”

“Jangan buru-buru gitu dong sayang… Mama gak kemana-mana kok. Ingat gak boleh berisik, nanti si kecil dan papamu bisa bangun” ujarnya.

“I-iya ma… maaf”
Mama tersenyum dan melepaskan tangannya dari kepalaku. Aku kemudian maju lagi dengan perlahan ke arah buah dadanya. Hingga akhirnya kini mulutku berhasil menyentuh putingnya. Ahhhh, baru merasakan puting buah dadanya pada bibirku saja sudah bikin aku belingsatan.

“Kamu masih ingat caranya menyusu? Disedot yang pelan aja yah… kamu itu sudah punya gigiiii” ucap mama manja. Aku kemudian mencoba mengenyot buah dada ibu kandungku ini. Air susunya langsung mengalir dengan lancar melewati kerongkonganku. Begitu hangat dan nyaman. Rasanya terasa jauh lebih nikmat dari pada minum dari gelas.

“Enak?” tanyanya yang hanya ku balas dengan anggukan. Aku terlalu fokus untuk menikmati buah dadanya. Sensasinya sungguh luar biasa. Di bawah sana penisku juga ngaceng maksimal dari balik celana.

Awalnya aku hanya meminum susunya seperti biasa, tapi lama-lama aku mulai iseng memainkan putingnya dengan lidahku, putingnya juga ku gigit-gigit. Tentu saja itu memancing protes dari mama.

“Sayang… yang benar dong nyusunya” ucapnya. Aku memang menuruti, tapi beberapa saat kemudian aku mengulanginya lagi memainkan putingnya dengan lidah dan gigiku.

“Sayannngggg” tegurnya diiringi rintihan, akupun berhenti dan menyusu seperti biasa lagi, tapi beberapa saat kemudian ku ulangi lagi. Begitu terus hingga akhirnya mama malah capek sendiri mengingatkanku. Jadilah selanjutnya aku dapat dengan leluasa menggigit-gigit serta menyapu lidahku pada puting buah dadanya.

Sudah cukup lama aku menempelkan bibirku pada pucuk payudaranya. Posisi mamaku kini tidak duduk seperti tadi lagi, tapi sudah berbaring telentang ditindih olehku, anak kandungnya yang sedang menghisap ASInya habis-habisan. Entah sudah berapa banyak air susunya yang masuk ke lambungku. Rasanya aku tidak ingin melepaskan bibirku dari sana. Dari tadi yang terdengar hanya suara decakan mulutku pada buah dadanya saja, sesekali juga terdengar suara rintihan kecil mama karena aksi gigitanku. Daster yang mama kenakan kini semakin turun hingga menggantung di pinggangnya karena aku yang semakin heboh menyusu. Bahkan karena aku yang terlalu berisik, si kecil Shita yang berada di samping kami sampai terbangun dari tidurnya, untung saja dia tidak merengek menangis.

“Tuh, adikmu sampai bangun. Kalau udah kenyang udahan dong Angga…” ujar mama menjawil hidungku. Aku tidak mempedulikan ucapan mama dan kembali membenamkan kepalaku lagi ke buah dadanya. Ya, semakin lama aku bukan seperti menyusu lagi pada mama, tapi mencabulinya! Aku yang sudah kenyang minum susu, dari tadi memang hanya memainkan buah dada ibuku ini saja. Tidak hanya putingnya, tapi seluruh permukaan buah dadanya kini sudah basah oleh liurku karena jilatan lidahku. Gigitanku pada puting buah dadanya juga semakin keras, aku juga mulai berani menarik-narik putingnya dengan gigitanku. Tidak ada penolakan berarti darinya, palingan hanya menjauhkan kepalaku saja, tapi aku dengan cepat segera menyambar buah dadanya lagi.

“Ngh… Shita sayang…. Lihat nih abangmu nakal, minum susu mama gak ingat-ingat jatah untuk kamu” ucap mama dengan nada manja menoleh pada Shita. Mendengar hal itu aku justru lebih semangat memainkan mulutku pada buah dadanya. Seakan betul-betul ingin mengambil seluruh jatah air susu dalam buah dadanya ini untukku.

“Udah Angga sayang… cukup yah…” ujar mamaku lagi mendorong kepalaku, sejenak aku memperhatikan keadaan mamaku. Dia terlihat sangat seksi dengan tubuh setengah telanjang seperti ini, ikat rambutnya sudah lepas, badannya mengkilap karena berkeringat. Betul-betul menggoda syahwatku. Akupun dengan cepat segera kembali menyosor buah dadanya.

“Nghh… sayang… udahaaaaan. Mau sampai kapan sih kamu menyusunya?” tanya mamaku yang sepertinya sangat kerepotan dengan aksiku yang semakin cabul. Aku lagi-lagi tidak menjawab karena saking birahinya saat ini. Tubuhku juga ikut berkeringat seperti mama. Panas.

Air susu mama kini kebanyakan bukan masuk ke mulutku lagi, tapi malah meluber membasahi sprei tempat tidurku. Pemandangan serta sensasi erotis ini sungguh membuat aku tidak tahan. Aku sudah menahan coli seharian dan saat ini sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku pikir aku akan segera muncrat.

“Kalau kamu udah gak tahan, sana lepaskan di kamar mandi” ujarnya yang sepertinya tahu kalau aku sudah tidak tahan, tapi aku masih belum mau beranjak. Sambil memainkan buah dadanya dengan mulutku, pinggulku kini sudah naik turun menggesek-gesek di paha ibu kandungku.

“Sayang!?” panggil mamaku yang tampaknya terkejut dengan aksiku yang jelas-jelas sedang berbuat cabul terhadapnya. Tapi beliau tidak benar-benar mendorong dan memprotesku, jadi akupun terus melakukan aksiku itu. Hingga sampai suatu saat aku tidak tahan lagi menahan laju spermaku, sebenarnya aku sudah berniat ingin berhenti dan segera berlari ke kamar mandi, tapi aku terlalu terbawa suasana hingga jadinya tak ada waktu lagi dan…

“Nghh…. Maaaaa…”
Croooottt croooootttt…
Ahh…. Aku muncraaaat!! Di celana!! Spermaku keluar saat aku baru saja ingin bangkit. Aku yang sedang tengkurap di atas tubuh mama kejang-kejang merasakan betapa nikmatnya orgasme yang sedang terjadi.

Mamaku mengernyit melihatku dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Hingga akhirnya dia sadar kalau aku sedang orgasme. Mengetahui hal itu mama malah cekikikan menahan tawa.

“Hihihi, tuh kan kamu keluar…. Bandel sih… jadi kotor kan celanamu…” ucapnya. Aku hanya cengengesan dan beranjak ke samping mama. Tampak celanaku sangat basah, aku muncrat sangat banyak barusan.

“Sana bersihin. Udah cukup untuk malam ini. Mama mau kembali ke kamar” katanya kemudian bangkit dan membetulkan dasternya. Mama kemudian menggendong Shita dan kembali ke kamarnya. Aku juga setelah itu mengganti pakaianku dan bersih-bersih. Ku lihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam, ternyata lebih dari 1 jam aku menyusu pada mama. Akupun tidur setelah itu, aktifitas barusan betul-betul membuat aku mengantuk. Ku pikir aku aka tidur nyenyak malam ini.

~~

Besok siangnya, ketika papa kerja, aku meminta nyusu lagi pada mama. Aku betul-betul ketagihan dengan yang aku rasakan kemarin. Tentunya aku tidak mau jika hal itu hanya terjadi sekali saja. Namun ternyata mama tidak membolehkanku menyusu siang itu.

“Kalau siang ini jatah untuk adekmu yah sayang” alasannya. “Kalau kamu mau sabar nunggu sampai malam, air susu mama pasti tersedia lebih banyak. Kamu bebas nanti mau apakan saja air susu mama ini. Mau kamu minum silahkan, mau kamu mainkan juga silahkan. Mama tahu kok fantasimu itu lebih dari sekedar minum susu” lanjutnya lagi dengan senyum-senyum. Aku jadi ngaceng mendengarnya.

“Eh, i-iya deh Ma… “ kataku akhirnya setuju dengan penawaran mama.

“Asal kamu bisa kontrol diri aja nanti malam, tetap ingat lho kalau mama ini ibu kandung kamu. Kita gak boleh sampai begituan. Ini yang sudah mama perbuat untukmu bisa dibilang tidak pantas lho, tapi demi anak mama tersayang, mama mau deh turutin” terangnya sambil mengusap-ngusap kepalaku.

“I-iya ma… aku ngerti” jawabku. Ya… aku memang sering berfantasi untuk menyetubuhi ibu kandungku sendiri, meskipun aku tidak yakin hal itu akan benar-benar terjadi. Apapun itu, aku sungguh bahagia punya ibu kandung seperti Mama.

“Dan yang terpenting jangan lupa belajar, mama mau nilai kamu bagus terus” lanjutnya.

“I-iya Ma…

Akupun dengan antusias menunggu tengah malam tiba. Namun sepanjang siang itu aku masih selalu akan berada di depan mama ketika dia sedang menyusui adikku. Sengaja ku lakukan hal itu untuk mengumpulkan birahiku agar dapat ku ledakkan habis-habisan nanti malam. Mamapun tanpa sungkan membolehkan aku bila ingin melihatnya menyusui adikku.

Malamnya, sama dengan jam kemarin, mamapun datang lagi ke kamarku. Mama terlihat sangat cantik dengan gaun tidur putih yang dia kenakan. Dia juga tetap membawa Shita dengan alasan biar aman kalau dia rewel dan menangis tidak akan membangunkan papa, karena memang gawat kalau papa mengetahui apa yang istrinya ini lakukan pada anak kandungnya sendiri.

“Kenapa Angga? Udah gak sabar yah kamunya?” goda mama melihat aku sudah berdiri di depan pintu menantinya.

“Iya ma, pengen minum susu, hehe”

“Minum susu sambil cabuli ibu kandungmu sendiri kan? Dasar… Tapi kalau nanti malah keburu keluar lagi spermanya gimana tuh? Kotor lagi ntar celanamu”

“Hehe, kemarin itu nggak sengaja kok Ma” balasku membela diri.

“Kamu sih… Udah mama bilangin juga kalau udah mau keluar itu buruan ke kamar mandi”

“Iya ma… Maaf…”

“Nih, kamu pake ini aja” ucapnya sambil memberiku sebuah… ini… bukannya ini… kondom??

“Ma… ini kan…”

“Iya… kamu pakai itu, sarungkan ke burungmu, biar kalau kamu muncrat nanti spermamu tertampung dan gak meluber kemana-mana,” jelas Mama.

“Jadi aku nanti muncrat di sini aja Ma?” Tanyaku lagi masih bingung.

“Yup, kamu gak harus pergi ke kamar mandi kalau nanti mau keluar. Bukannya kamu lebih suka begitu kan sayang? Nyusu sama mama sampai spermamu keluar?” tebaknya sambil tersenyum super manis padaku. Ah… darahku berdesir melihat senyum ibu kandungku yang cantik ini. Yang dikatakan mama memang benar, pasti rasanya akan sangat enak kalau muncrat di sana sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya.

“Eh, i-iya Ma… hehehe”

“Hmm… dan lagi… kalau kamu tetap pakai baju silahkan, tapi kalau mau buka baju juga boleh kok” ujarnya lagi.

“Hah? Aku boleh gak pakai baju Ma??” tanyaku memastikan ucapan mama yang betul-betul membuat tubuhku gemetaran dan panas dingin itu. Telanjang sambil menyusu? Itu betul-betul fantasi mesum yang aku damba-dambakan!

“Iya… kamu boleh telanjang selama menyusu ke mama, tapi yang mama baru berikan ke kamu itu dipake. Dan juga kamu harus selalu ingat untuk mengontrol diri, bisa kan?”

“Bi-bisa ma…” jawabku sambil buru-buru menelanjangi diri sendiri. Tentu saja aku tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Ku buka seluruh pakaianku tanpa tersisa dengan segera. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku bertelanjang bulat dengan penis tegang mengacung-ngacung. Ah… aku betul-betul anak yang kurang ajar, bertelanjang bulat dengan penis tegang maksimal mengacung ke arah ibu kandungku!

“Sepertinya anak mama ini udah gak sabar untuk nyusu lagi…” ucap mama dengan tatapan menggoda sambil menurunkan gaun tidurnya. Duh… Mama selalu saja masih bilang ‘nyusu’, padahal dia tahu kalau yang aku lakukan itu lebih dari sekedar menyusu.

Di balik gaun tidurnya ternyata mama tidak mengenakan apa-apa lagi, tidak ada BH. Buah dadanya yang indah itupun langsung terpampang di hadapanku. Mama lalu berbaring telentang di atas tempat tidurku, seperti memasrahkan dirinya bila anak kandungnya ini ingin menikmati susunya sepuas-puas yang aku mau. Dengan segera akupun menyusul mama naik ke tempat tidur.

“Eh, itunya dipake, Mama geli lho liat burung anak mama sendiri ngacung ke arah mamanya” ujarnya mengingatkanku. Akupun membuka bungkus kondom itu dan menyarungkan kondom berwarna gelap itu di penisku. Aku memang baru kali ini mengenakan kondom, tapi aku cukup familiar dengan benda ini dan cara mengenakannya dari bokep-bokep yang sering ku tonton. Meskipun memakai kondom, tapi kondom ini sangat tipis seperti tidak memakainya saja.

Setelah mengenakannnya, akupun langsung menindih mama dan menghisap buah dadanya. Sama seperti kemarin, aku tidak hanya sekedar meminum ASI nya, tetapi juga memainkan buah dadanya dengan mulutku. Menjilati puting dan kulit payudaranya, menggigit-gigit dan menarik-narik putingnya, serta membenamkan mukaku dan menggesek-gesekkan wajahku di buah dadanya. Saat aku menyusu buah dada yang satunya, tanganku juga meremas buah dada yang satunya lagi. Tentunya perlakuanku itu membuat air susunya jadi muncrat-muncrat tak karuan membasahi tubuhnya sendiri serta sprei tempat tidurku. Namun kali ini sensasi yang aku rasakan jauh lebih nikmat dari kemarin, karena sekarang aku menyusu padanya sambil bertelanjang bulat, hanya batang penisku saja yang tertutupi oleh kondom tipis.

“Ma…” panggilku dengan nafas berat.

“Hmm? Apa?” sahutnya juga dengan nafas terengah-engah. Tampaknya tidak hanya aku yang horni, tapi mama juga, namun mama masih terlihat bisa memposisikan dirinya agar tak terlalu terbawa suasana.

“Mama buka juga dong bajunya… masa aku aja yang telanjang, hehe” pintaku untung-untungan. Walaupun sebenarnya dengan mama setengah telanjang seperti ini saja sudah lebih dari cukup bagiku.

“Mama ikutan telanjang? Supaya kamu minum susunya lebih enak yah sayang?” tanyanya sambil menyeka tepian bibirku yang belepotan air susunya.

“I-iya Ma… biar lebih enak”

“Tapi kamu bisa kontrol diri kan?”

“Bisa Ma…” jawabku mengiyakan saja karena sudah tak sabar.

“Hmm… Ya sudah, boleh deh” setuju mamaku. Dia lalu bangkit sedikit dan menarik turun seluruh gaun tidur itu dari tubuhnya. Sekarang mama hanya mengenakan celana dalam putih saja! Sungguh seksi dan membuat aku semakin birahi.

“Celana dalamnya dibuka juga dong Ma…” pintaku belum juga puas, padahal jantungku sudah berdebar sangat kencang saat ini. Nafasku juga sudah sangat berat karena pemandangan indah ini.

“Celana dalam mama juga? Kamu ini mau ngapain sih? Cukup segini aja. Gak boleh lebih” jawab mama yang ternyata menolaknya. Ah, ya sudah. Dengan kondisi mama seperti ini sudah sangat sangat bikin aku mupeng minta ampun.

Akupun lanjut lagi menindih mama, menyedot ASI nya, serta memainkan buah dadanya lagi. Nikmat yang aku rasakan kini semakin bertambah berkali-kali lipat dengan mama yang nyaris telanjang bulat. Seluruh permukaan kulitku bersentuhan langsung dengan kulit mama yang putih mulus. Sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya, penisku yang hanya terbungkus kondom amat sering bergesekan dengan bagian depan celana dalamnya. Bahkan kadang sengaja ku cucuk-cucukkan ke pangkal pahanya itu. Perbuatanku pada ibu kandungku ini semakin lama semakin bejat saja.

Tubuh nyaris telanjang kami kini sudah sama-sama lengket dan mengkilap karena keringat. Air susu mama juga semakin berceceran membanjiri sprei tempat tidurku dan tubuhnya sendiri. Aku yang dari tadi sudah kenyang oleh susu masih saja terus menempel menindih tubuhnya untuk memainkan buah dadanya sesuka hatiku. Ku pikir aku tidak akan bertahan lama lagi.

“Kamu pengen keluar sayang?” tanyanya. Aku hanya membalas dengan menganggukkan kepalaku. Benar, aku ingin muncrat.

“Kalau pengen keluar keluarin aja, kali ini kamu bisa bebas ngecrot sambil terus mainin dada mama” katanya mempersilahkanku. Aku senang sekali mendengarnya. Tanpa menahan-nahan laju spermaku yang bisa keluar kapanpun, akupun terus memainkan buah dadanya. Mengulumnya, menggigit dan menarik putingnya, maupun meremas buah dadanya. Hingga akhirnya saat aku merasa spermaku sudah mau keluar, ku peluk erat-erat tubuh mama, ku benamkan mukaku ke buah dadanya, mulutku menghisap kuat-kuat putingnya yang membuat susunya menyemprot deras ke mulutku. Penisku juga ku tekan dalam-dalam ke pangkal paha mama. Dengan posisi seperti itu, tubuhku kemudian mengejang dan kelojotan mengeluarkan sperma.

Crooot crooooootttt….
Aku muncrat. Spermaku muncrat dengan banyaknya dengan posisi cabul menindih tubuh mama. Bahkan tetap dengan posisi itu terus selama penisku mengeluarkan seluruh spermanya. Rasanya sungguh tak terlukiskan, begitu nikmat. Karena aku menggunakan kondom, maka spermaku tertampung dan tidak meluber kemana-mana.

“Ngh…. Ma… enak…” ucapku setelah gelombang orgasme reda. Posisiku masih tetap di atas tubuh mama menindihnya.

Dia tersenyum manis padaku.
“Itu spesial untuk anak mama tersayang yang paling mesum” ucapnya sambil menjawil hidungku dan menarik-nariknya ke kiri dan ke kanan.

“Hehe, makasih Ma…” balasku. Setelah itu aku rebahan sejenak dengan posisi kepalaku di buah dadanya selama beberapa menit. Mencoba meresapi hangat dan nyamannnya bersama ibu kandungku yang cantik ini. Barulah setelah itu dia menyuruhku bangkit karena dia ingin kembali ke kamarnya.

“Udah ya sayang… Mama mau kembali ke kamar dulu. Kalau lama-lama ntar ketahuan papa”

“Eh, i-iya ma…”

“Lepaskan juga tuh kondomnya, masak kamu pakai terus sih? Jangan lupa di buang…” suruhnya. Akupun langsung menuruti melepaskan kondom itu dari penisku yang dari tadi memang tidak menciut dan hanya setengah tegang saja. Tampak sangat banyak spermaku tertampung di sana. Mamaku tersenyum dan geleng-geleng saja melihatnya, seakan berkata dalam hati kalau anak kandungnya ini pasti baru saja merasakan kenikmatan yang luar biasa setelah mesumin ibunya hingga muncrat dengan amat banyak seperti itu.

Mamapun kembali ke kamarnya setelah memakai bajunya. Aku sendiri tadinya juga ingin memakai bajuku, tapi melihat ranjangku yang masih becek dimana-mana oleh susu mama, ku putuskan untuk tiduran telanjang dulu di tempat tidurku itu. Ada bau khas tubuhnya di sana yang membuat aku sangat nyaman, basahnya sprei karena susu dan keringat mama juga memberikan sensasi tersendiri padaku saat berbaring di sana. Aku sungguh dibuat cinta mati sama Mama. Aku bahagia punya ibu kandung seperti dia.

~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar