Senin, 02 Mei 2016

Suka Susu Mama 02

Perbuatan inipun terus berlanjut setiap harinya. Mama pasti akan selalu datang ke kamarku tiap malam untuk menyusuiku. Dia masih terus membawa Shita. Waktu itu pernah aku dan Shita sama-sama menyusu pada mama. Aku di buah dada yang satu, Shita dibuah dadanya yang satunya lagi. Mama sering gemas padaku karena seperti tak mau kalah dengan adikku yang masih bayi itu, padahal aku sudah remaja.

Sering aku menanti mama dengan sudah bertelanjang bulat terlebih dahulu.
“Hihihi, kamu ini gak sabaran amat sih sayang? Tenang aja… Susu mama udah terkumpul yang banyak kok buat kami seorang malam ini. Bebas mau kamu apakan sesuai fantasi jorokmu” begitu ucapnya saat itu.

Aku masih selalu bertelanjang bulat dengan secuil kondom yang menutupi batang penisku saat menyusu padanya, sedangkan Mama juga masih terus hanya mengenakan celana dalam. Setiap malam pasti penuh susu yang diakhiri dengan semburan peju. Ditambah aku sudah berani mencium bibirnya dan memainkan lidahku di dalam mulutnya. Begitu nikmat. Begitu bahagianya.

Seiring waktu berlalu, aku kini semakin jarang mengenakan kondom saat menyusu padanya. Awalnya mama memprotes karena kalau aku tak tahan untuk ngecrot, pasti spermaku akan berhamburan kemana-mana di atas tempat tidur sehingga akan repot membersihkannya. Tapi akhirnya mama membolehkan juga setelah aku katakan tidak apa.

“Kan lebih erotis kalau bisa ngecrot dimanapun sesuka hati Ma, hehe” jawabku beralasan karena malam ini aku lagi-lagi meminta agar tidak usah menggunakan kondom.

“Dasar kamu ini. Ya sudah… apa mama juga harus membuka celana dalam?” tanyanya menggodaku sambil senyum-senyum.

“Boleh Ma… bo-boleh” jawabku mengiyakan. Tentu saja aku mau mama membuka celana dalamnya. Aku sungguh penasaran apa yang ada di baliknya.

“Anak mama ini memang genit” ucapnya. Dia kemudian dengan perlahan menurunkan celana dalamnya hingga jatuh ke lantai. Ku pikir mama tidak memakai apa-apa lagi dibaliknya, namun ternyata ada plester yang menempel disepanjang garis kemaluannya.

“Mama pikir kamu masih belum siap untuk melihatnya. Mama takut kalau kamu gak bisa kontrol diri” jelas Mama. Aku agak kecewa, tapi melihat kondisi mama yang tidak memakai apapun dan hanya plester yang menutupi vaginanya, betul-betul sebuah pemandangan yang menggoda, mama sangat seksi.

“Iya Ma… gak apa-apa deh…”

“Jadi nunggu apa lagi nih? Gak kepengen nyusu?” goda mama memancingku. Akupun langsung menarik tubuh mama ke atas ranjang. Selanjutnya yang terjadi sama seperti biasanya. Aku akan memainkan buah dadanya dan menyusu hingga kenyang. Tubuhnya yang kini bertelanjang bulat terasa lebih nikmat untuk ku gerayangi. Aku kini dapat dengan bebas memeluk pinggangnya tanpa diganggu tali celana dalamnya. Pantatnya yang terekpos bebas juga aku gerayangi dengan liarnya dengan tanganku. Penisku juga menggesek-gesek pada tubuhnya.

Entah sejak kapan mulainya, adegan gesek-menggesekan penisku ke tubuh mama jadi semakin sering terjadi. Baik dengan menggunakan kondom maupun tidak, tapi biasanya aku meminta izin pada mama untuk melepaskan kondom ini karena rasanya jauh lebih nikmat ketika batang penisku bersentuhan langsung dengan kulit mama. Bagian yang paling sering aku gesek dengan penisku tentu saja bagian depan selangkangannya, lalu pangkal pahanya. Aku juga sering menggesek-gesekkan penisku ke kakinya, perutnya, serta lengannya. Tapi tentunya dengan kini dia tidak mengenakan celana dalam lagi, aku dapat menggesek penisku pada tubuhnya dengan lebih bebas, terutama menggesek pada permukaan vaginanya yang kini hanya ditutupi plester. Walaupun vagina mama dilapisi plester, tapi rasa nikmat yang aku rasakan betul-betul luar biasa.

Saat ini Mama sedang tiduran telungkup, aku berada di atas mama menindihnya dengan penisku menggesek-gesek pada belahan pantatnya. Mama dengan senang hati menuruti tiap kali bila aku mau mengganti posisi menggesek-gesek penis di bagian tubuhnya. Posisi-posisi bersetubuhpun kami lakukan. Selanjutnya mama berlutut dan aku menggesekkan penisku di belahan pantatnya dari belakang. Setelah itu ku suruh mama menungging dan aku memaju-mundurkan penisku di sela-sela pahanya. Aku juga menyuruh mama duduk di atas penisku dan aku tidur telentang di bawahnya. Pemandangan seperti pasangan yang sedang bersetubuh saja. Pemandangan seorang anak yang sedang bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri.

“Kalau aku gesekin di sini boleh Ma?” Pintaku sambil menunjuk buah dadanya.

“Kamu mau gesekin di dada mama?”

“Iya Ma… boleh yah?”

“Itu cabul banget lho sayang, tapi… mama pikir tidak apa deh… ”

“Berarti boleh Ma?” tanyaku memastikan. Dia hanya menjawab dengan tersenyum manis padaku. Aku girang bukan main. Segera aku berlutut dan mengangkangkan kakiku di atas mama yang terlentang. Ku posisikan penisku hingga pas berada di antara buah dadanya. Saat ku gesekkan penisku di sana, rasanya sungguh luar biasa. Begitu lembut. Sungguh sensasi erotis yang tiada duanya. Buah dada ibu kandungku yang biasanya menyalurkan ASI untuk anak-anaknya dengan kasih sayang, kini terdapat penisku yang sedang menggesek-gesek di sana. Entah apa yang terjadi bila ada yang melihat perbuatan bejatku ini, terutama papaku.

“Enak sayang?” tanya mama padaku.

“Enak Ma…”

“Kalau gini gimana?” ucap mama yang sesaat kemudian meremas buah dadanya, membuat cairan susunya muncrat-muncrat kemana-mana dan membasahi penisku. Argh… mana bisa tahan. Aku jadi semakin belingsatan, akupun semakin cepat menggoyangkan pinggulku dan mengocok penisku di antara buah dadanya. Ini sungguh sangat nikmat hingga langsung membuat pertahananku jebol.

“Ma… keluaaaaaar” teriakku tertahan.
Croooot…. Croooootttt…
Pejukupun berhamburan tak tertahankan. Tentu saja mama kaget karena kali ini aku ngecrot di buah dadanya hingga menyemprot sampai ke wajahnya. Aku membuat wajah ibu kandungku sendiri berlumuran dengan spermaku! Aku sungguh anak yang kurang ajar, tapi rasanya memang sangat nikmat.

“Duh… sayang… kamu ini gimana sih? Masa wajah mama dikotori pakai spermamu sih?”

“Maaf ma… Kan karena gak makai kondom, hehe” jawabku sembarang.

“Dasar ih kamu… Puas? Enak yah udah nyemprotin pejumu ke wajah ibu kandungmu sendiri?”

“Enak Ma… hehe” jawabku yang dibalas mama dengan cekikikan dan menjawil hidungku.

Sejak saat itu akupun tidak pernah mengenakan kondom lagi selama menyusu dan memainkan buah dada mama. Aku betul-betul telanjang. Ketika aku ingin muncrat, akupun tidak menahan-nahannya lagi hingga spermaku muncrat sembarangan ketika mencumbui mama, tentunya sebagian besar mendarat di tubuhnya. Baik di kakinya, pangkal pahanya, perutnya, maupun buah dadanya, dan kalau aku beruntung spermaku juga dapat menembak wajahnya, bahkan kadang ada secuil yang masuk ke dalam mulutnya. Namun mama masih saja belum mau memperlihatkan vaginanya padaku dengan alasan takut aku tidak bisa mengontrol diri.

Kamarku selalu jadi penuh susu dan peju karenanya. Karena papaku tidak pernah masuk ke kamarku, jadi aku bisa lega dengan kondisi tempat tidurku selalu becek oleh susu mama dan pejuku. Terlebih aku tidak pernah mengganti sprei tempat tidurku sehingga akan meninggalkan bau yang menyengat, tapi aroma itu justru membuat aku semakin horni, ku pikir mama juga merasakan hal yang demikian. Walaupun dia masih tetap memposisikan diri semata-mata untuk memuaskan fantasiku, dan berusaha agar tidak terbawa suasana, tapi aku tahu kalau dia juga terangsang karena aktiitas kami ini.

Aktifitas inipun akhirnya tidak hanya terjadi pada malam hari saja. Entah kenapa mama jadi membolehkanku untuk menyusu pada siang hari juga, tentunya saat papa berkerja. Akupun akhirnya mengetahui apa alasannya.

“Mama rasa air susu mama menjadi lebih banyak sekarang, sepertinya tidak cukup kalau kamu hanya meminumnya di malam hari saja” jelasnya.

“Jadi aku boleh nyusu siang hari juga Ma??

“Kapanpun dan dimanapun kamu mau Angga sayang” jawab mama sambil membelai pipiku. Aku sangat senang mendengarnya. “Tapi tetap jangan sampai ayahmu tahu ya…” lanjut Mama lagi.

“Iya Ma…” jawabku girang.

Maka akupun kini dapat dengan bebas menyusu pada mama kapanpun yang aku mau. Kadang saat mama sibuk beres-beres rumah, akupun meminta nyusu padanya. Tentunya lebih dari sekedar menyusu, dan tentunya selalu berakhir dengan spermaku ngecrot asal-asalan ke tubuhnya. Mama kadang sampai harus repot membersihkan air susunya dan pejuku bila sampai berceceran di lantai maupun di sofa.

Yang lebih membuat aku girang, akhirnya mama mau juga untuk tidak menutup-nutupi vaginanya lagi. Dia mau untuk benar-benar telanjang bulat di hadapanku, anak laki-laki kandungnya yang sudah remaja.

“Tapi kamu janji yah agar kontrol diri? Mama akan telanjang di depan kamu lho ini…” ujarnya mengingatkanku. Tentu saja ku jawab dengan mengiyakan kata-katanya. Pemandangan yang aku idam-idamkan akhirnya dapat ku lihat. Vagina tempat aku lahir dulu kini terpampang di depanku.

Aktifitas cabulku terhadap mamapun semakin meningkat, baik intensitas maupun variasi yang dilakukan. Mama bahkan membolehkanku kalau aku ingin mengobel vaginanya, menjelajahi tiap inci permukaan vaginanya sepuas yang aku mau. Jari-jariku bahkan berhasil masuk ke dalam vaginanya, namun dia masih terus menjauhkan penisku dari vaginanya, takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Saat ini aku sedang menjamah tubuh mama di atas tempat tidurnya. Ranjang yang biasanya sebagai tempat mama dan papaku beristirahat dan bercinta, kini ada aku yang sedang menikmati tubuh ibu kandungku ini habis-habisan di sana. Papa saat ini sedang pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan dan baru akan kembali 2 minggu lagi. Selama papa pergi, sejak kemarin aku meminta mamaku untuk selalu bertelanjang bulat bila di rumah, sehingga aku dapat menyusu dan menumpahkan spermaku kapanpun yang aku mau. Saat ini kasur tempat tidur orangtuaku ini sudah berkondisi sama dengan kasur tempat tidurku, penuh susu dan peju.

Posisiku saat ini sedang menindh mama dari atas sambil terus mengenyot dan memainkan buah dadanya yang terus meneteskan air susu itu. Pinggulku juga naik turun menggesek-gesekkan penisku di pangkal pahanya. Namun dia sedikit memiringkan pinggulnya agar penisku tidak berhadapan langsung dengan vaginanya. Kelakuan mama ini justru membuat aku gemas. Membuat aku semakin semangat menggerayanginya.

“Ssh… sayang… pelan-pelan…” rintih mama menerima perlakuanku.

“Iya ma… ini pelan kok…”

“Burungmu itu hampir masuk…”

“Nggak kok ma…” jawabku sambil terus saja menggesek-gesekan penisku pada pagkal pahanya, berharap benar-benar akan masuk. Tentunya kalau memang sampai masuk itu merupakan berkah bagiku.

Akupun terus menggerayangi mama sambil mengenyot susunya, sesekali aku juga menciumi wajah dan bibirnya. Bahkan aku menyuapi air susunya sendiri dari mulutku ke mulutnya.

“Dasar kamu ini ada-ada saja. Mama jadi minum air susu mama sendiri nih” ujarnya mengetuk keningku dengan ujung telunjuknya. Aku hanya cengengesan. Sambil masih menggoyang pelan pinggulku, akupun melakukan hal itu berkali-kali. Mengenyot buah dadanya, menampung ASInya di mulutku, lalu ku tumpahkan ke mulut mama.

Berikutnya aku coba untuk memindahkan liurku ke dalam mulutnya. Tentu saja mama terkejut dengan aksi yang aku lakukan ini, mungkin karena jorok. Namun rasa terkejutnya hanya sebentar saja. Sepertinya dia juga merasakan sensasi birahi yang luar biasa dari apa yang aku lakukan itu. Saat aku ingin meludah lagi, dia bahkan membuka lebar-lebar mulutnya untuk menampung liurku untuk kemudian dia telan. Sungguh pemandangan yang tak lazim dilakukan oleh sepasang ibu dan anak laki-lakinya.

“Ma…”

“Ya anakku sayang?”

“Susu mama tambah gede yah kayaknya”

“Huuu… Gara-gara kamu sedot terus kan?”

“Hehehe”

“Kamu suka banget yah sama susu mama?”

“Iya ma, aku suka, suka banget”

“Hmm… Kalau kamu memang sesuka itu, mungkin mama akan kasih susu mama ini khusus untuk kamu saja” ucapnya sabil mengerling nakal padaku. Darahku berdesir mendengar ucapan mama itu. Dia mau memberikan seluruh susunya itu khusus hanya untukku?

“Terus Shita gimana Ma?”

“Hmm… Adikmu nanti mama kasih susu formula bubuk saja. Gimana? Kamu mau tidak? Atau kamu saja nih yang mama kasih susu bubuk?”

“Eh, gak mau Ma… aku mau nyusu dari mama aja, hehe” kataku. Ah… sungguh bejat, padahal Shita lah yang seharusnya memang pantas mendapatkan ASI dari pada aku. Tapi karena hal ganjil seperti begitulah yang memberi sensasi erotis bagiku maupun mama. Aku tidak tahu apa yang dikatakan mama itu benar atau tidak. Tapi membayangkan dirinya bukannya memberikan ASI pada si kecil, tapi malah ke aku, betul-betul membuat birahiku meledak-ledak, ku rasa mama juga demikian.

“Ya sudah, mulai sekarang susu mama khusus buat kamu” ucapnya. Mendengar pernyataan mama aku jadi semakin bersemangat menggerayanginya. Sambil membenamkan wajahku di buah dadanya, akupun menggesek penisku dengan ganas ke pangkal paha mama yang masih saja menutup rapat itu.
“Duh… tapi bagian itu masih tetap terlarang lho sayang… Hati-hati” lanjutnya kemudian.

Akupun mengehentikan goyangan pinggulku.
“Cuma gak boleh masuk kan Ma? Tapi kalau gesek-gesek aja boleh kan?”

“Hmm.. Tapi janji jangan sampai masuk yah…”

“Iya Ma…”

“Ya sudah mama bolehin, mama turutin lagi tuh keinginan anak mama yang nakal ini” ucapnya setuju sambil tersenyum manis.

Aku senang sekali. Aku tidak menyangka akhirnya bisa sampai sejauh ini. Akupun langsung menindih tubuhnya lagi. Meskipun mama baru saja mengatakan boleh, tapi tetap saja dia terlihat ragu untuk membuka lebar selangkangannya. Aku tentunya tak tinggal diam, dengan posisi tiduran menyamping, ku peluk tubuh mama dari belakang dan menyelipkan penisku di antara pangkal pahanya, tepat di bawah permukaan vaginanya. Dengan posisi itu ku maju-mundurkan pinggulku sehingga kelamin kami ibu dan anak saling bergesekan. Yang mana selama ini selalu ada penghalang antara penisku dan vaginanya, kini dapat bergesekan secara langsung. Bagiku rasanya sungguh nikmat tak terlukiskan. Terasa di batang penisku kalau vaginanya becek saat ini. Mama juga lagi horni!

Selama aku menggoyangkan pinggulku dari belakang, mama tampak selalu was-was bila penisku sampai masuk, berkali-kali dia mengingatkanku.
“Ingat sayang… jangan sampai masuk… gak boleh lho…” ucapnya. Namun setelah berkali-kali mengingatkan, akhirnya dia capek sendiri dan membiarkan aksiku. Hanya suara desahan kami yang terdengar setelah itu.

Aku sudah terlalu terbawa nafsu. Aku ingin sekali memasukkan penisku ke dalam sana. Di saat mama lengah seperti inilah kesempatanku. Dengan perlahan ku coba menyelipkan penisku sedikit, lalu ku tarik dan ku gesek-gesek permukaan vaginanya, ku masukkan lagi sedikit lebih dalam, lalu ku tarik lagi dan ku gesek-gesek lagi, begitu terus hingga sedikit demi sedikit masuk semakin dalam. Mama masih belum bereaksi apa-apa. Namun saat aku hendak betul-betul memasukkan kepala penisku, tiba-tiba ada yang mengetok pintu depan. Konsentrasi kamipun pecah, terutama mama yang langsung menjauh dan melepaskan pelukanku. Ah… padahal hampir saja.

“Sayang… ada tamu… sepertinya itu Bu RT”

“Biarin aja Ma” ucapku karena aku merasa sangat nanggung. Tapi mama tidak mendengarkanku dan mengenakan dasternya untuk kemudian menemui tamu itu. Entah masalah apa yang mereka bahas, aku tidak terlalu peduli. Aku masih di dalam kamar mama telanjang bulat menunggu dia kembali.

Setelah beberapa saat, akhirnya mamapun masuk lagi ke kamar.

“Maaf yah sayang udah bikin kamu menunggu. Mau dilanjutin lagi?” tanyanya. Aku tidak menjawab dan malah memasang wajah ngambek padanya.

“Duh… anak mama ini ambekan. Tapi… Mama tahu kok kalau tadi itu kamu berusaha memasukkan penismu ke vagina mama. Nakal yah…”
Hah?? Mama ternyata sadar dengan apa yang aku lakukan!

“Kamu segitu pengennya yah ingin menyetubuhi ibu kandungmu sendiri?” tanyanya kemudian. Pertanyaan yang membuat jantungku jadi berdebar kencang mendengarnya.

“I..itu… I..iya Ma. Aku pengen ngentotin Mama. Aku pengen ngentotin ibu kandung aku” ucapku berani. Mulutku terasa aneh setelah mengatakannya. Aku tidak menyangka aku akan berkata seperti itu pada mama. Tentunya itu adalah ucapan yang sangat kurang ajar dari seorang anak kepada ibu kandungnya sendiri.

“Duh… kamu ini. Udah mama bilang kan gak boleh…” balas mama.

“Kenapa Ma?”

“Ya karena kita ini ibu dan anak”

“Yah Ma… boleh dong… satu tusuk aja. Pengen nih…” pintaku ngotot.

“Gak boleh” tolaknya. Ternyata mama masih tidak mau. Ya sudah lah kalau begitu.

Setelahnya, aku mengajak mama melanjutkan acara nyusu dan menggesek tadi lagi. Tentunya setelah aku lagi-lagi disuruh berjanji untuk mengontrol diri. Mama saat ini menungging di depanku dengan aku berada di belakangnya. Posisi kami seperti melakukan persetubuhan dengan gaya anjing kawin. Sambil menggesek, mulutku terus saja meracau. Mama bahkan mempersilahkan aku berkata kotor kalau aku mau.

“Ngentot… aku ngentotin memek Mama. Aku menzinahi ibu kandungku sendiri” ucapku lantang sambil membayangkan kalau aku benar-benar sedang menyetubuhi mama. Tapi tentunya itu masih belum cukup bagiku. Aku masih mencari kesempatan untuk dapat benar-benar memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Sama seperti tadi, aku mencoba lagi untuk memasukkan penisku sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya.

“Sayang... Kamu mencoba memasukkan penismu lagi?” tanya mama menoleh ke belakang padaku, dia menyadarinya.

“Eh, i-itu…”

“Kamu ini bandel banget sih? Kamu tahu kan kalau yang kita lakukan ini saja sudah sangat jauh sebagai ibu dan anak?”

“I-iya Ma…”

“Dan mama udah kasih tahu ke kamu kan kalau mama mau menuruti keinginanmu selama ini karena mama sayang sama kamu?”

“Iya Ma” jawabku lesu.

“Apa sih yang bikin kamu penasaran banget pengen masukin burungmu?” tanyanya lagi.

“Aku cuma penasaran aja Ma”

“Tapi sudah mama bilang kan kalau kamu harus kontrol diri”

“I-iya sih… tapi aku kepengen Ma…”

“Duh... kamu ini. Jadi kamu penasaran?”

“I-iya”

“Hmm… Kalau memang begitu…. Mungkin Mama bolehin kamu masukin sekali tusuk saja” ucapnya kemudian.

“Be-beneran Ma?” tanyaku terkejut hampir tak percaya kalau akhirnya dibolehkan juga.

“Ya… tapi hanya sekali tusuk saja, dan tidak boleh kamu genjot. Oke?”

“Eh, i-iya Ma, gak apa” Aku senang sekali mendengarnya.

“Jadi mau tetap dengan posisi ini?”

“I-iya. Tetap begini saja Ma. Gak apa” jawabku yang dibalas dengan senyum manisnya.

Dengan dada berdebar akupun mencoba menusukkan penisku masuk ke dalam vaginanya. Vagina mama yang memang sudah basah membuat penisku masuk dengan lancar, tapi tetap saja rasanya sangat sempit. Hingga peniskupun mentok bersarang di kemaluan mama. Akhirnya yang paling aku dambakan selama ini terjadi juga. Kami, ibu dan anak kandung, betul-betul telah berkawin, berzinah!

Sensasi yang aku rasakan sungguh sangat nikmat tak terkira. Mama masih terus menoleh ke belakang dan tersenyum padaku. Kontak mata yang sengaja dia berikan membuatku merasa semakin melayang-layang. Seperti yang mama katakan, aku tidak boleh melakukan gerakan menggenjot. Aku hanya mendiamkan penisku saja di sana. Meskipun hanya diam, namun di dalam sana vaginanya terasa kembang-kempis menarik dan menyedot penisku.

Rasanya luar biasa. Bukan hanya karena rasa nikmat di penisku saja, tapi mengetahui kalau kami ini adalah ibu dan anak kandung semakin membuatku terbuai. Tak butuh waktu lama untuk membuat aku orgasme. Aku tak tahaaaan…

Tanpa bisa berkata-kata, aku menekan penisku lebih dalam. Mamaku menyadari kalau aku akan segera orgasme, dia tampak ingin melepaskan diri. Tapi aku terus menahan pinggulnya dan spermakupun muncrat di dalam sana.

Crooot… croooot….
Vagina tempat aku dilahirkan dulu kini aku siram dengan spermaku! Aku baru saja melakukan pembuahan pada ibu kandungku sendiri!

“Kamu kok gak bilang sih kalau mau keluar?” ucapnya kemudian setelah melepaskan diri dariku dan terduduk di depanku.

“Tapi kan tadi mama gak ada bilang kalau aku gak boleh muncrat di dalam” balaskku membela diri.

“Kamu ini… Selalu pandai mencari alasan. Dasar anak nakal” ucapnya dengan wajah kesal. Kesal yang bercampur dengan horni. Jelas kalau dia tidak bisa benar-benar marah padaku.

“Hehe… makasih banget yah Ma… Mama memang baik” ucapku memeluknya lalu menindihnya. Aku kemudian mengulum buah dadanya lagi dan menghisap susunya.

“Awh… kamu ini belum puas apa!?” teriaknya manja cekikikan menerima perlakuanku.

“Belum Ma… hehe”
Setelah buang sperma di vaginanya, kini aku menyusu padanya. Sungguh nikmat sekali bukan?

~~

Apa yang terjadi waktu itu betul-betul pengalaman yang luar biasa bagiku. Setelah itu, aku terus meminta melakukan hal itu lagi pada mama, namun mama terus menolak.

“Kan janjinya waktu itu hanya sekali tusuk saja” jawabnya.

“Sekarang ini juga sekali tusuk juga kok Ma… gak aku genjot kok”

“Kamu ini kok malah minta terus sih? Gak boleh”

“Yah… Mama… ayo dong… Janji deh ini yang terakhir”

“Janji?”

“Janji”

“Gak boleh kamu genjot yah…”

“Iya Ma…”

“Ya sudah” jawab mama akhirnya mau juga. Akupun memasukkan penisku sekali lagi ke dalam vagina ibu kandungku ini. Masih tanpa menggoyangkan penisku dan hanya mendiamkannya saja di sana.

Dasar aku yang tidak pernah puas, aku memintanya lagi dan lagi. Jadilah acara bersetubuh tusuk tanpa genjot itu sudah kami lakukan beberapa kali setelahnya. Walau masih tetap hanya sekedar menyarangkan penisku di sana dan tidak boleh ada gerakan menggenjot, tapi itu sudah sangat cukup bagiku.

Aku terus mengiginkan lebih. Aku ingin melakukan perzinahan dengan ibu kandungku ini sesering mungkin dan sepuas-puasnya sebelum Papa pulang. Akupun menyampaikan ideku itu pada mama.

“Mau kan Ma? Sebelum Papa pulang kita ngentot terus?” tanyaku.

“Duh… Kamu ini…”
Hanya itu yang dia katakan. Tidak ada kata-kata menolak maupun menyetujui permintaanku. Namun dari sinar matanya, jelas terpancar birahi kalau mamapun penasaran dengan kegilaan ini.

“Ingat yah sayang… jangan kamu genjot” Ingatnya saat aku mulai memasukkan penisku ke liang vaginanya untuk kesekian kalinya.

“Iya Ma…”

‘Jleb…’

Jadilah sejak saat itu intensitas membenamkan penisku pada vagina ibu kandungku itu semakin sering terjadi. Saat mama memasak, aku terus memeluknya dari belakang dengan penis tertancap di dalam vaginanya. Begitupun saat dia menyapu, mencuci piring, maupun melakukan aktifitas-aktifitas lainnya. Keluyuran dan beraktifitas di dalam rumah selalu dengan kelamin kami yang menyatu. Erotis bukan?

Tentunya dengan begitu membuat Mama jadi kerepotan melakukan aktifitasnya sehari-hari, tapi dia tidak kelihatan keberatan sama sekali. Selalu membiarkanku kalau aku ingin terus menempel padanya. Kami bahkan pernah makan bersama dengan mama duduk berpangkuan padaku, tentunya penisku menancap di vaginanya saat itu.

“Ada-ada aja sih keinginanmu itu? Tapi ingat yah… selama makan nanti jangan bandel” ucapnya sambil memposisikan pinggulnya agar nyaman di atasku. Dengan posisi begini kami lebih mudah bila makan satu piring dan saling bersuapan. Berkali-kali mama menegurku yang sering sekali lasak saat makan sehingga membuat penisku maju mundur di dalam vaginanya. Tapi tak jarang juga kami malah tertawa bersama karena hal tersebut.

Kami betul-betul memanfaatkan saat-saat bersama sebelum papa pulang ini sesering dan seintim mungkin. Hari-hari yang kami lalui jadi penuh birahi.

Mama sering memintaku agar tidak orgasme di dalam, namun aku masih saja sering membandel. Akupun jadi sering kena cubitan di hidungku olehnya. Namun seiring waktu, kini Mama tidak mempermasalahkanku lagi kalau spermaku muncrat di dalam vaginanya. Aku bahkan sekarang sudah mulai sering menggenjot keluar masuk penisku ketika bersetubuh dengan mama. Entah karena mama sudah capek memperingatkanku, atau mungkin karena dia menikmati.

Seperti saat ini, aku dan mama sedang bersetubuh di dapur. Kondisi kami sama-sama telanjang bulat. Kami baru saja selesai mandi bersama. Mama yang sedang sibuk menyiapkan susu untuk adikku, langsung ku terobos dan ku genjot dari belakang.

“Ma…. Ngentot….” Ucapku langsung memasukkan penisku ke vaginanya.

“Awh… sayang…. Kamu ini main masukin aja”

“Habisnya mama nafsuin, pengen aku entotin terus, hehe”
Mama hanya tersenyum mendengar jawaban vulgarku. Jawaban yang tidak sepantasnya diucapkan oleh anak pada ibu kandungnya sendiri. Mama sendiri ku yakin pasti tahu itu adalah ucapan yang kurang ajar, tapi sepertinya itu justru membangkitkan nafsunya.

Aku terus memeluknya dari belakang sambil penisku terus bersarang pada vagina ibu kandungku ini. Mama sendiri masih terus sibuk menyiapkan susu untuk si kecil.

Ya… Ternyata mama benar-benar memberikan susu bubuk pada si kecil Shita, sedangkan ASInya khusus untukku untuk aku minum maupun aku mainkan sesuka hati. Sebagian besar bahkan bukan masuk ke perutku, tapi terbuang mubazir ke sofa, tempat tidur, maupun ke lantai karena ulahku.

Seperti biasa, awalnya aku hanya sekedar diam tanpa menggoyangkan penisku. Tapi lama-kelamaan aku mulai berani menggoyangkan pinggulku pelan-pelan. Melihat mama tidak bereaksi apa-apa, akupun mencoba makin menaikkan intensitas goyanganku. Mama kini menjadi mendesah pelan ketika vaginanya makin cepat diaduk oleh penis anak kandungnya sendiri.

“Nghhhh….” Desahnya pelan saat menyendokkan susu bubuk ke dalam botol bayi. Suara desahan mama justru membuat aku makin birahi. Tusukanku yang tadinya pelan kini menjadi hentakan yang cukup kencang. Sampai-sampai mama kerepotan menyendokkan susu bubuk ke dalam botol.

Hal itu justru menimbulkan kesenangan bagiku. Rasanya senang sekali mengerjai mama seperti ini. Mamapun tampak tidak keberatan dengan aksiku. Dia malah tertawa kecil tiap aku menyodoknya dengan kencang yang membuat susu bubuk itu jadi banyak berserakan. Alhasil, memasukkan susu bubuk ke dalam botol bayi itu saja membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kocokanku pada memek mama semakin kencang. Di tengah kerepotan mama yang menyiapkan susu untuk adikku, aku justru keasikan mengentoti ibuku ini. Meski kerepotan, mama tidak menahan-nahanku untuk berbuat apa yang aku mau, dia justru mendesah kenikmatan. Akupun jadi semakin liar menggenjot vaginanya.

Hingga kemudian aku menghentakkan pinggulku dengan sangat keras, membuat botol bayi yang mama pegang itu terlepas dari tangannya dan jatuh tumpah di lantai.

“Duh… Pinggulmu itu diam dong sayang… Mama kan lagi menyiapkan makanan untuk adikmu, jadi tumpah kan gara-gara kamu” ujarnya, tapi tidak berusaha melepaskan diri dariku. Tetap membiarkanku menggenjotnya.

Saat mama hendak memungut botol bayi itu, aku malah menahan mama dan justru makin kencang menyodok vaginanya.

“Ngh…. Sayang… kamu ini….”

“Mama…. Oh…. Ibu kandungku… aku ngentot ibu kandungku sendiri…. Mamaaaaa. Aku ngentotin mama” racauku kenikmatan.

“Iya… kamu ini nakal banget menyetubuhi ibu kandungmu sendiri.. nghh… Kamu suka berzinah dengan ibu kandungmu?” tanya mama. Aku suka mendengar mama bertanya seperti itu.

“Suka ma… Aku suka ngentot sama mama. Berzinah ria dengan ibu kandungku sendiri” balasku.

“Ssshhh…. Sayang…. Abangmu ini nakal banget. Jangan kasih tahu Papa yah kalau abangmu ini nakal, hihi” ucap mama lagi sambil tertawa kecil menatap Shita yang berbaring tak jauh dari tempat kami bersetubuh. Aku hanya cengengesan. Sudahlah aku merebut ASI Mama dari adikku, botol bayinyapun jatuh berserakan karenaku. Aku kini malah terus ngentotin mama seakan sengaja mempertontonkan persetubuhkan kami pada si kecil Shita. Mama sepertinya juga tertarik dengan yang aku lakukan, berkali-kali dia juga tersenyum ke arah Shita seakan ikut menunjukkan pada si kecil kalau ibu kandungnya ini sangat suka disetubuhi kakaknya saat Papanya tidak ada di rumah.

Akupun terus menyetubuhi mama. Tadinya yang merupakan acara menyiapkan minuman untuk adikku, telah berubah menjadi acara persetubuhan panas antara aku dan mama. Kami terus bersetubuh hingga akupun muncratin spermaku ke dalam vagina mama.

“Puas kamu?”

“Puas Ma… hehe”

“Ya sudah, mama mau menyiapkan susu untuk adikmu lagi. Kali ini jangan ganggu” pinta Mama.

“Iya deh, tapi habis itu boleh lagi kan Ma? Hehe”

“Memangnya kamu masih kuat? Bisa nyemprotin sperma berapa kali lagi nih ke vagina mama?” goda mama dengan senyuman manisnya.

“Gak bakal habis deh pokoknya” jawabku cengengesan.

“Haha, dasar kamu. Anak nakal” ucapnya sambil menjawil hidungku.

Kamipun jadi sering bersetubuh setelah itu. Mama kini tampaknya sudah menyerah pada nafsunya. Kami sudah betul-betul terbawa suasana. Kami terus bersetubuh sepanjang hari. Aku terus menggenjot ibu kandungku ini sesuka hati kapanpun dan dimanapun yang aku mau. Amanat Papa pada Mama untuk menjaga rumah dan anak-anaknyapun menjadi terbengkalai. Keadaan rumah kami kini betul-betul berantakan penuh dengan peju dan air susu yang berceceran. Bau menyengat semerbak dimana-mana. Padahal hari ini papa akan pulang, tapi kami masih saja tidak menghentikan aksi zinah terlarang ibu dan anak ini.

Hingga akhirnya saat sedang asik-asiknya bersetubuh, terdengar suara pagar bergeser, tak lama kemudian pintu diketuk dan terdengar suara papa memanggil. Kami tahu dan sadar, tapi kami tidak berhenti, malah gerakan kawin kami semakin liar untuk segera meraih orgasme.

“Halooo… Papa pulaaaang…”
Suara papa terdengar riang karena tak sabar bertemu anggota keluarganya tercinta. Namun entah bagaimana reaksinya nanti, saat melihat istri dan anak kandungnya itu malah berzinah ria selama dia mencari nafkah.

Kelamin kami semakin beradu dengan cepat, bersamaan dengan gagang pintu yang tak terkunci itu bergerak turun. Pintu mulai terbuka sedikit. Ah… apa yang akan terjadi selanjutnya? Kami pasrah.

TAMAT

Minggu, 01 Mei 2016

Suka Susu Mama 01

Namaku Angga. Umurku 15 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adik kecilku yang cantik, Shita, masih berumur 1 tahun dan masih menyusui. Sering aku mendapatkan kesempatan melihat Shita menyusu pada buah dada Mamaku yang indah. Mamaku bernama Rahayu, umurnya 35 tahun. Tentu saja dia masih terlihat sangat cantik.

Seharusnya tidak ada yang aneh ketika melihat mamaku menyusui Shita, tapi sejak aku mengenal bokep, aku jadi berpikiran kotor tiap melihat buah dada mamaku yang terpampang bebas itu. Aku bahkan sering berpikir-pikir sendiri bagaimana rasanya air susunya. Apakah manis? Atau hambar? Karena aku tidak bisa mengingat bagaimana rasanya dulu.

Akhirnya tiap mamaku menyusui Shita, aku selalu berusaha agar aku berada di depannya. Tentunya agar aku dapat dengan leluasa melihat buah dadanya yang mengalirkan air susu itu ke mulut adikku. Pemandangan yang seharusnya penuh kasih sayang, malah menjadi objek fantasi mesumku. Sering setelah selesai memperhatikan mamaku menyusui, aku kemudian mengurung diri di dalam kamar untuk beronani, tentu saja yang menjadi objek onaniku adalah mamaku, khususnya buah dadanya.

Awalnya mamaku tidak tidak terlalu mempedulikan keberadaanku, tapi setelah beberapa kali setiap dia menyusui Shita aku selalu berada di depannya, diapun sepertinya merasa risih juga dan akhirnya menegurku.

“Sayang.. Kenapa sih kamu liatin mama nyusuin adikmu terus?”

“Eh, g-gak ada apa-apa kok ma”

“Beneran? Kamu cemburu ya sama adikmu?” tebak mamaku.

“Cemburu? Kenapa harus cemburu ma?”

“Mama pikir kamu cemburu karena juga ingin minum susu kayak Shita” godanya sambil tersenyum manis padaku.

“Bu-bukan kok ma, tapi cemburu juga sih dikit, hehe” Tentu saja bukan karena cemburu alasanku selalu memperhatikan buah dadanya, tapi karena aku selalu berfantasi mesum setiap melihatnya menyusui adikku.
“Emang gak boleh ya ma kalau aku menyusu lagi?” ujarku berani untung-untungan.

“Hihihi… Kamu kan udah gede. Masa masih nyusu ke mamamu juga sih?” tawanya yang membuat buah dadanya berayun.

“Gak apa kan ma? Kan aku anaknya mama juga”

“Tapi tetap aja gak pantas anak seumurmu itu masih nyusu. Udah ah sana, jangan lihatin mama nyusuin Shita terus” ujarnya kemudian.

Meskipun dia menyuruhku pergi, tapi aku tetap saja terus berada di sana. Mengetahui mama tidak lagi menegurku aku merasa senang sekali. Akupun lanjut terus memandangi buah dadanya sambil pikiranku melayang kemana-mana. Ingin sekali rasanya aku di sana menggantikan posisi adikku yang sedang menyusu itu. Mama akhirnya pasrah saja dan membiarkan aku terus di depannya. Bahkan entah kenapa rasanya mama seperti berlama-lama menyusui Shita, seolah sengaja memanjakan mataku yang selalu penasaran dengan buah dadanya yang indah itu.

“Sayang…” panggil mamaku beberapa saat kemudian. Ku rasa mama hendak menegurku lagi.

“I-iya ma?”

“Mama tahu kok kalau kamu penasaran dengan buah dada mama. Selama ini kamu bahkan selalu berpikiran jorok kan setiap melihat mama menyusui adikmu? Kelihatan lho dari matamu” ujar mamaku yang membuat aku jadi salah tingkah.

“Eh, i-itu…” kataku mencoba menyangkal, tapi aku terlalu grogi karena tebakan mamaku benar adanya.

“Gak usah gemetaran gitu. Itu normal kok untuk anak laki-laki seusiamu. Kalau kamu ingin melihat boleh saja, tapi hanya melihat saja yah, gak boleh lebih” ujar Mama sambil tersenyum. Aku tak menyangka mama akan berkata seperti itu. Aku pikir tadi dia akan marah. Tapi mendengar mama berkata seperti itu aku malah tidak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan.

“Be-beneran ma?” tanyaku memastikan.

“Iya… tapi tidak lebih dari melihat saja. Mama ngerti kok kalau kamu sedang penasaran-penasarannya dengan tubuh wanita. Walau mama tidak menyangka kalau malah tubuh ibu kandungmu sendiri yang kamu jadikan objek fantasi, bandel yah kamu, hihihi” ucap mama tertawa kecil. Aku hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.

“Sebentar lagi kamu UN kan? Sebagai gantinya, mama minta kamu untuk lebih rajin belajarnya. Bisa kan?” lanjutnya lagi.

“Bi-bisa Ma”

“Janji?”

“Iya Ma, aku janji” ucapku.

“Bagus… Ya sudah, mama masih ingin terus menyusui adikmu, kalau kamu masih pengen lanjut lihat silahkan, kalau mau pergi juga silahkan” ujar mama sambil senyum-senyum.

“Pengen di sini aja Ma”

“Dasar kamu, udah mama duga kok” ujarnya dengan tertawa kecil lagi. Mamapun kembali konsentrasi menyusui Shita, sedangkan aku juga konsentrasi memandangi buah dadanya dengan pikiran jorok melayang kemana-mana.

Sejak saat itu jadilah aku tanpa sungkan lagi selalu berada di depan mama tiap kali dia menyusui adikku. Mama tidak pernah menegurku lagi. Selalu memanjakan mataku dengan menunjukkan buah dadanya yang sedang menyusui itu untuk aku fantasikan sesuai khayalan jorokku. Bahkan pernah mama sendiri yang menawarkan padaku jika aku pengen melihat.

“Mama mau menyusui adikmu, apa kamu pengen lihat sayang?” begitu ucapnya. Kalau ditawari begitu tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan tawarannya.

Saat menyusui Shita, dia juga pernah membuka kedua cup branya untuk menunjukkan buah dada yang satunya padaku. Sungguh pemandangan yang membuat aku panas dingin. Khayalan jorokku semakin melayang-layang dibuatnya. Dan seperti biasa, setiap setelah melihatnya menyusui Shita, aku pasti akan langsung beronani di dalam kamar atau kamar mandi.

Mama juga seakan menggetahui kalau aku selalu tidak tahan ingin mengeluarkan isi buah zakarku sehabis memandangi buah dadanya.
“Udah sana keluarin ke kamar mandi, mama udahan nyusuin adikmu” ucapnya.

Tentunya perbuatanku ini hanya bisa ku lakukan bila tidak ada papa di rumah, karena bila ada papa aku pasti akan kena tegur olehnya karena selalu melihat buah dada mama.

Semakin hari aku semakin menginginkan hal lebih. Aku berharap mendapatkan hal yang lain dari sekedar hanya melihat mama menyusui. Hingga suatu hari akupun iseng memintanya pada mama.

“Ma, aku boleh gak ikutan nyusu?” pintaku untung-untungan.

“Kamu ini… kan udah mama bilang hanya boleh melihat saja” jawabnya.

“Cuma pengen coba sedikit aja kok Ma…”

“Duuuuuh… Kamu ini kok sepertinya penasaran sekali sih ingin menyusu lagi?”

“Iya ma, aku penasaran”

“Kan udah mama bilang, kalau kamu itu udah gede. Hmm… Kalau kamu mau nanti mama perahin untuk kamu deh ke gelas” balasnya. Aku hanya diam karena agak kecewa, tentu saja aku menginginkan dapat menyusu langsung padanya. Yah, tapi ku pikir tidak ada salahnya juga mencoba air susunya yang sudah ditampung di gelas. Itu sudah cukup membuat fantasiku semakin liar.

Setelah menyusui Shita, mama lalu mengajakku pergi ke dapur. Ternyata dia ingin memberiku tontonan bagaimana dia memerah susunya ke dalam gelas. Aku senang sekali sekaligus deg-degkan dibuatnya. Mama kemudian membuka daster dan bra-nya.

“Silahkan kalau kamu ingin mengkhayal” ucapnya sambil senyum-senyum lalu mulai memerah buah dadanya sendiri. Argh… sungguh pemandangan yang luar biasa. Aku konak bukan main melihatnya. Air susunya tampak mancur-mancur dan menetes cukup kencang ke dalam gelas.

“Ini yang kamu suka? Kamu suka melihat air susu ibu kandungmu ini tumpah-tumpah ke gelas?” Godanya sambil tersenyum manis.

“I-iya ma” jawabku gagap karena saking groginya. Mama terus memerah buah dadanya hingga beberapa saat kemudian gelas kecil itu telah terisi setengahnya.

“Ini, mama pikir cukup segini” ucapnya sambil menyerahkan gelas itu padaku. Dengan bersemangat dan juga grogi aku raih gelas itu dan meminumnya. Rasanya cenderung tawar, tapi memang bukan rasanya yang ingin aku cari, tapi sensasinya. Sungguh membuat aku belingsatan saat itu. Aku meminum air susunya dengan penis ngeceng maksimal.

“Enak?”

“E-enak Ma”

“Udah hilang kan penasarannya?” tanyanya lagi, aku hanya cengengesan. Tentu saja itu belum cukup, aku masih ingin yang lebih dari ini. Mamapun sepertinya tahu kalau bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Senyumnya terus saja menggodaku.

“Kurang Ma… boleh minta lagi?” pintaku karena melihat mama akan mengenakan pakaian dan branya kembali. Aku belum puas dan ingin melihat buah dadanya terus.

“Cukup itu dulu yah hari ini, besok kalau kamu mau akan mama perah lagi untuk kamu. Ya sayang?”

“I-iya deh ma” jawabku menuruti saja, aku tidak ingin juga terlalu memaksa.

“Udah sana kamunya ke kamar mandi, lepasin dulu biar plong, hihi” suruhnya yang langsung aku turuti. Aku lalu mengambil sisa-sisa air susu yang ada di gelas kemudian ku tampung ke tanganku, yang kemudian aku gunakan untuk dibalurkan ke penisku saat aku ngocok. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku muncrat sangat banyak dengan cara seperti itu.

Hari-hari selanjutnya aku jadi rutin selalu minum air susu perahan mama di dalam gelas. Sepertinya nilai pelajaranku bertambah bagus karena tiap hari meminum ASI nya. Mama sungguh baik mau menyisihkan susunya untukku. Melihat dia menyusui si kecil, lalu minum air susunya di gelas, kemudian lanjut dengan onani, begitu terus aktifitasku setiap hari. Mama selalu memerah air susunya untuk ku minum, aku juga memerah isi kantong zakarku setelahnya.

“Sekarang kamu gak cemburu lagi kan sayang? Kamu juga udah dapat, semua anak mama sudah kebagian susu” ujarnya.

“Tapi air susu mama gak habis kan?”

“Nggak kok, malah mama pikir jadi semakin bertambah banyak gara-gara kamu ikut-ikutan nyusu” jawabnya dengan tertawa kecil. Aku ikut senang, karena semakin banyak air susu di buah dadanya, berarti jatahku juga semakin banyak. Terlihat dari yang dulunya hanya setengah gelas, kini hampir satu gelas penuh. Sewaktu mama memerah buah dadanya, air susunya juga menyemprot lebih kencang, yang tentunya semakin memanjakan mataku, anak kandungnya.

Berkali-kali aku juga masih mencoba peruntunganku untuk dapat menyusu langsung padanya, tapi mama selalu menolaknya. Hingga suatu hari mama sepertinya capek dengan aku yang terus saja mendesaknya.

“Kalau kamu memang penasaran, tungguin mama nanti malam setelah papamu tidur” ujar mama akhirnya setelah aku desak terus. Aku girang bukan main mendengarnya. Akhirnya yang aku idam-idamkan datang juga. Mama membolehkan aku untuk menyusu langsung padanya.

“Berarti siang ini tidak ada jatah susu untukmu yah sayang…” sambung mama lagi.

“Iya ma, gak apa”

“Dasar kamu ini, senang yah kamunya? Berarti onaninya juga diundur nanti malam dong sayang?” godanya.

“Iya ma, hehe. Gak apa kan ma?”

“Terserah kamu, dasar anak nakal” ucap mama menjawil hidungku dan menarik-nariknya. Ah… kurasa aku semakin jatuh cinta padanya, pada ibu kandungku yang cantik ini. Aku sebenarnya ingin meminta nyusu sekarang saja, tapi ku urungkan karena ku pikir sudah bagus mama mau memenuhi kemauanku.

~~

Malamnya aku menunggu mama dengan antusias di kamarku. Rasanya lama sekali. Waktu masih menunjukkan pukul 10 malam, mereka biasanya baru masuk ke kamarnya jam 11 malam setelah menonton sinetron. Saking lamanya menunggu aku bahkan sampai ketiduran dibuatnya. Hingga akhirnya sekitar jam 1 malam mama masuk ke kamarku dan membangunkanku. Ternyata mama membawa serta si kecil Shita ke kamarku. Katanya biar gak susah kalau tiba-tiba adikku menangis dan rewel.

Aku sangat senang mama benar-benar datang, tapi aku juga berdebar-debar menanti hal baru yang sangat aku impikan ini.

“Benar kan Ma kalau aku boleh nyusu?” tanyaku lagi seakan belum percaya.

“Iya…” jawab mama dengan senyum manis. “Nilai-nilai sekolahmu mama liat semakin bagus. Jadi mama pikir tidak apa-apa memberimu sedikit hadiah, membolehkanmu mencobanya sedikit” sambungnya lagi.

“Makasih Ma, aku senang banget”

“Dasar kamu, ya sudah… mau sekarang?”

“Iya ma” Jawabku girang.

“Tapi jangan berisik yah… Bisa gawat kalau papamu tau kalau kamu yang sudah segede gini masih netek ke mamanya” godanya sambil cekikikan. Dia lalu meletakkan si kecil di atas ranjang. Mama kemudian mengikat rambutnya dan mulai menyingkap dasternya dan branya. Semuanya dilakukan secara perlahan hingga kedua buah dadanya yang bening mulus yang penuh berisi susu dengan hiasan urat-urat hijau itu terpampang di hadapanku. Sungguh pemandangan yang membuat aku konak.

“Kamu siap sayang?” tanyanya sambil mengerling padaku.

“I-iya mah”

Mama kemudian naik ke tempat tidur dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Aku juga segera menyusul mama naik ke tempat tidur, langsung terburu-buru mendekatkan mulutku ke buah dadanya. Tapi belum sampai bibirku mengenai buah dadanya, tiba-tiba Mama menahan kepalaku dengan tangannya seperti menyetop.

“Kamu nyusu atau nafsu sih?” tanyanya kemudian.

“Nyu-nyusu Ma….”

“Jangan buru-buru gitu dong sayang… Mama gak kemana-mana kok. Ingat gak boleh berisik, nanti si kecil dan papamu bisa bangun” ujarnya.

“I-iya ma… maaf”
Mama tersenyum dan melepaskan tangannya dari kepalaku. Aku kemudian maju lagi dengan perlahan ke arah buah dadanya. Hingga akhirnya kini mulutku berhasil menyentuh putingnya. Ahhhh, baru merasakan puting buah dadanya pada bibirku saja sudah bikin aku belingsatan.

“Kamu masih ingat caranya menyusu? Disedot yang pelan aja yah… kamu itu sudah punya gigiiii” ucap mama manja. Aku kemudian mencoba mengenyot buah dada ibu kandungku ini. Air susunya langsung mengalir dengan lancar melewati kerongkonganku. Begitu hangat dan nyaman. Rasanya terasa jauh lebih nikmat dari pada minum dari gelas.

“Enak?” tanyanya yang hanya ku balas dengan anggukan. Aku terlalu fokus untuk menikmati buah dadanya. Sensasinya sungguh luar biasa. Di bawah sana penisku juga ngaceng maksimal dari balik celana.

Awalnya aku hanya meminum susunya seperti biasa, tapi lama-lama aku mulai iseng memainkan putingnya dengan lidahku, putingnya juga ku gigit-gigit. Tentu saja itu memancing protes dari mama.

“Sayang… yang benar dong nyusunya” ucapnya. Aku memang menuruti, tapi beberapa saat kemudian aku mengulanginya lagi memainkan putingnya dengan lidah dan gigiku.

“Sayannngggg” tegurnya diiringi rintihan, akupun berhenti dan menyusu seperti biasa lagi, tapi beberapa saat kemudian ku ulangi lagi. Begitu terus hingga akhirnya mama malah capek sendiri mengingatkanku. Jadilah selanjutnya aku dapat dengan leluasa menggigit-gigit serta menyapu lidahku pada puting buah dadanya.

Sudah cukup lama aku menempelkan bibirku pada pucuk payudaranya. Posisi mamaku kini tidak duduk seperti tadi lagi, tapi sudah berbaring telentang ditindih olehku, anak kandungnya yang sedang menghisap ASInya habis-habisan. Entah sudah berapa banyak air susunya yang masuk ke lambungku. Rasanya aku tidak ingin melepaskan bibirku dari sana. Dari tadi yang terdengar hanya suara decakan mulutku pada buah dadanya saja, sesekali juga terdengar suara rintihan kecil mama karena aksi gigitanku. Daster yang mama kenakan kini semakin turun hingga menggantung di pinggangnya karena aku yang semakin heboh menyusu. Bahkan karena aku yang terlalu berisik, si kecil Shita yang berada di samping kami sampai terbangun dari tidurnya, untung saja dia tidak merengek menangis.

“Tuh, adikmu sampai bangun. Kalau udah kenyang udahan dong Angga…” ujar mama menjawil hidungku. Aku tidak mempedulikan ucapan mama dan kembali membenamkan kepalaku lagi ke buah dadanya. Ya, semakin lama aku bukan seperti menyusu lagi pada mama, tapi mencabulinya! Aku yang sudah kenyang minum susu, dari tadi memang hanya memainkan buah dada ibuku ini saja. Tidak hanya putingnya, tapi seluruh permukaan buah dadanya kini sudah basah oleh liurku karena jilatan lidahku. Gigitanku pada puting buah dadanya juga semakin keras, aku juga mulai berani menarik-narik putingnya dengan gigitanku. Tidak ada penolakan berarti darinya, palingan hanya menjauhkan kepalaku saja, tapi aku dengan cepat segera menyambar buah dadanya lagi.

“Ngh… Shita sayang…. Lihat nih abangmu nakal, minum susu mama gak ingat-ingat jatah untuk kamu” ucap mama dengan nada manja menoleh pada Shita. Mendengar hal itu aku justru lebih semangat memainkan mulutku pada buah dadanya. Seakan betul-betul ingin mengambil seluruh jatah air susu dalam buah dadanya ini untukku.

“Udah Angga sayang… cukup yah…” ujar mamaku lagi mendorong kepalaku, sejenak aku memperhatikan keadaan mamaku. Dia terlihat sangat seksi dengan tubuh setengah telanjang seperti ini, ikat rambutnya sudah lepas, badannya mengkilap karena berkeringat. Betul-betul menggoda syahwatku. Akupun dengan cepat segera kembali menyosor buah dadanya.

“Nghh… sayang… udahaaaaan. Mau sampai kapan sih kamu menyusunya?” tanya mamaku yang sepertinya sangat kerepotan dengan aksiku yang semakin cabul. Aku lagi-lagi tidak menjawab karena saking birahinya saat ini. Tubuhku juga ikut berkeringat seperti mama. Panas.

Air susu mama kini kebanyakan bukan masuk ke mulutku lagi, tapi malah meluber membasahi sprei tempat tidurku. Pemandangan serta sensasi erotis ini sungguh membuat aku tidak tahan. Aku sudah menahan coli seharian dan saat ini sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku pikir aku akan segera muncrat.

“Kalau kamu udah gak tahan, sana lepaskan di kamar mandi” ujarnya yang sepertinya tahu kalau aku sudah tidak tahan, tapi aku masih belum mau beranjak. Sambil memainkan buah dadanya dengan mulutku, pinggulku kini sudah naik turun menggesek-gesek di paha ibu kandungku.

“Sayang!?” panggil mamaku yang tampaknya terkejut dengan aksiku yang jelas-jelas sedang berbuat cabul terhadapnya. Tapi beliau tidak benar-benar mendorong dan memprotesku, jadi akupun terus melakukan aksiku itu. Hingga sampai suatu saat aku tidak tahan lagi menahan laju spermaku, sebenarnya aku sudah berniat ingin berhenti dan segera berlari ke kamar mandi, tapi aku terlalu terbawa suasana hingga jadinya tak ada waktu lagi dan…

“Nghh…. Maaaaa…”
Croooottt croooootttt…
Ahh…. Aku muncraaaat!! Di celana!! Spermaku keluar saat aku baru saja ingin bangkit. Aku yang sedang tengkurap di atas tubuh mama kejang-kejang merasakan betapa nikmatnya orgasme yang sedang terjadi.

Mamaku mengernyit melihatku dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Hingga akhirnya dia sadar kalau aku sedang orgasme. Mengetahui hal itu mama malah cekikikan menahan tawa.

“Hihihi, tuh kan kamu keluar…. Bandel sih… jadi kotor kan celanamu…” ucapnya. Aku hanya cengengesan dan beranjak ke samping mama. Tampak celanaku sangat basah, aku muncrat sangat banyak barusan.

“Sana bersihin. Udah cukup untuk malam ini. Mama mau kembali ke kamar” katanya kemudian bangkit dan membetulkan dasternya. Mama kemudian menggendong Shita dan kembali ke kamarnya. Aku juga setelah itu mengganti pakaianku dan bersih-bersih. Ku lihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam, ternyata lebih dari 1 jam aku menyusu pada mama. Akupun tidur setelah itu, aktifitas barusan betul-betul membuat aku mengantuk. Ku pikir aku aka tidur nyenyak malam ini.

~~

Besok siangnya, ketika papa kerja, aku meminta nyusu lagi pada mama. Aku betul-betul ketagihan dengan yang aku rasakan kemarin. Tentunya aku tidak mau jika hal itu hanya terjadi sekali saja. Namun ternyata mama tidak membolehkanku menyusu siang itu.

“Kalau siang ini jatah untuk adekmu yah sayang” alasannya. “Kalau kamu mau sabar nunggu sampai malam, air susu mama pasti tersedia lebih banyak. Kamu bebas nanti mau apakan saja air susu mama ini. Mau kamu minum silahkan, mau kamu mainkan juga silahkan. Mama tahu kok fantasimu itu lebih dari sekedar minum susu” lanjutnya lagi dengan senyum-senyum. Aku jadi ngaceng mendengarnya.

“Eh, i-iya deh Ma… “ kataku akhirnya setuju dengan penawaran mama.

“Asal kamu bisa kontrol diri aja nanti malam, tetap ingat lho kalau mama ini ibu kandung kamu. Kita gak boleh sampai begituan. Ini yang sudah mama perbuat untukmu bisa dibilang tidak pantas lho, tapi demi anak mama tersayang, mama mau deh turutin” terangnya sambil mengusap-ngusap kepalaku.

“I-iya ma… aku ngerti” jawabku. Ya… aku memang sering berfantasi untuk menyetubuhi ibu kandungku sendiri, meskipun aku tidak yakin hal itu akan benar-benar terjadi. Apapun itu, aku sungguh bahagia punya ibu kandung seperti Mama.

“Dan yang terpenting jangan lupa belajar, mama mau nilai kamu bagus terus” lanjutnya.

“I-iya Ma…

Akupun dengan antusias menunggu tengah malam tiba. Namun sepanjang siang itu aku masih selalu akan berada di depan mama ketika dia sedang menyusui adikku. Sengaja ku lakukan hal itu untuk mengumpulkan birahiku agar dapat ku ledakkan habis-habisan nanti malam. Mamapun tanpa sungkan membolehkan aku bila ingin melihatnya menyusui adikku.

Malamnya, sama dengan jam kemarin, mamapun datang lagi ke kamarku. Mama terlihat sangat cantik dengan gaun tidur putih yang dia kenakan. Dia juga tetap membawa Shita dengan alasan biar aman kalau dia rewel dan menangis tidak akan membangunkan papa, karena memang gawat kalau papa mengetahui apa yang istrinya ini lakukan pada anak kandungnya sendiri.

“Kenapa Angga? Udah gak sabar yah kamunya?” goda mama melihat aku sudah berdiri di depan pintu menantinya.

“Iya ma, pengen minum susu, hehe”

“Minum susu sambil cabuli ibu kandungmu sendiri kan? Dasar… Tapi kalau nanti malah keburu keluar lagi spermanya gimana tuh? Kotor lagi ntar celanamu”

“Hehe, kemarin itu nggak sengaja kok Ma” balasku membela diri.

“Kamu sih… Udah mama bilangin juga kalau udah mau keluar itu buruan ke kamar mandi”

“Iya ma… Maaf…”

“Nih, kamu pake ini aja” ucapnya sambil memberiku sebuah… ini… bukannya ini… kondom??

“Ma… ini kan…”

“Iya… kamu pakai itu, sarungkan ke burungmu, biar kalau kamu muncrat nanti spermamu tertampung dan gak meluber kemana-mana,” jelas Mama.

“Jadi aku nanti muncrat di sini aja Ma?” Tanyaku lagi masih bingung.

“Yup, kamu gak harus pergi ke kamar mandi kalau nanti mau keluar. Bukannya kamu lebih suka begitu kan sayang? Nyusu sama mama sampai spermamu keluar?” tebaknya sambil tersenyum super manis padaku. Ah… darahku berdesir melihat senyum ibu kandungku yang cantik ini. Yang dikatakan mama memang benar, pasti rasanya akan sangat enak kalau muncrat di sana sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya.

“Eh, i-iya Ma… hehehe”

“Hmm… dan lagi… kalau kamu tetap pakai baju silahkan, tapi kalau mau buka baju juga boleh kok” ujarnya lagi.

“Hah? Aku boleh gak pakai baju Ma??” tanyaku memastikan ucapan mama yang betul-betul membuat tubuhku gemetaran dan panas dingin itu. Telanjang sambil menyusu? Itu betul-betul fantasi mesum yang aku damba-dambakan!

“Iya… kamu boleh telanjang selama menyusu ke mama, tapi yang mama baru berikan ke kamu itu dipake. Dan juga kamu harus selalu ingat untuk mengontrol diri, bisa kan?”

“Bi-bisa ma…” jawabku sambil buru-buru menelanjangi diri sendiri. Tentu saja aku tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Ku buka seluruh pakaianku tanpa tersisa dengan segera. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku bertelanjang bulat dengan penis tegang mengacung-ngacung. Ah… aku betul-betul anak yang kurang ajar, bertelanjang bulat dengan penis tegang maksimal mengacung ke arah ibu kandungku!

“Sepertinya anak mama ini udah gak sabar untuk nyusu lagi…” ucap mama dengan tatapan menggoda sambil menurunkan gaun tidurnya. Duh… Mama selalu saja masih bilang ‘nyusu’, padahal dia tahu kalau yang aku lakukan itu lebih dari sekedar menyusu.

Di balik gaun tidurnya ternyata mama tidak mengenakan apa-apa lagi, tidak ada BH. Buah dadanya yang indah itupun langsung terpampang di hadapanku. Mama lalu berbaring telentang di atas tempat tidurku, seperti memasrahkan dirinya bila anak kandungnya ini ingin menikmati susunya sepuas-puas yang aku mau. Dengan segera akupun menyusul mama naik ke tempat tidur.

“Eh, itunya dipake, Mama geli lho liat burung anak mama sendiri ngacung ke arah mamanya” ujarnya mengingatkanku. Akupun membuka bungkus kondom itu dan menyarungkan kondom berwarna gelap itu di penisku. Aku memang baru kali ini mengenakan kondom, tapi aku cukup familiar dengan benda ini dan cara mengenakannya dari bokep-bokep yang sering ku tonton. Meskipun memakai kondom, tapi kondom ini sangat tipis seperti tidak memakainya saja.

Setelah mengenakannnya, akupun langsung menindih mama dan menghisap buah dadanya. Sama seperti kemarin, aku tidak hanya sekedar meminum ASI nya, tetapi juga memainkan buah dadanya dengan mulutku. Menjilati puting dan kulit payudaranya, menggigit-gigit dan menarik-narik putingnya, serta membenamkan mukaku dan menggesek-gesekkan wajahku di buah dadanya. Saat aku menyusu buah dada yang satunya, tanganku juga meremas buah dada yang satunya lagi. Tentunya perlakuanku itu membuat air susunya jadi muncrat-muncrat tak karuan membasahi tubuhnya sendiri serta sprei tempat tidurku. Namun kali ini sensasi yang aku rasakan jauh lebih nikmat dari kemarin, karena sekarang aku menyusu padanya sambil bertelanjang bulat, hanya batang penisku saja yang tertutupi oleh kondom tipis.

“Ma…” panggilku dengan nafas berat.

“Hmm? Apa?” sahutnya juga dengan nafas terengah-engah. Tampaknya tidak hanya aku yang horni, tapi mama juga, namun mama masih terlihat bisa memposisikan dirinya agar tak terlalu terbawa suasana.

“Mama buka juga dong bajunya… masa aku aja yang telanjang, hehe” pintaku untung-untungan. Walaupun sebenarnya dengan mama setengah telanjang seperti ini saja sudah lebih dari cukup bagiku.

“Mama ikutan telanjang? Supaya kamu minum susunya lebih enak yah sayang?” tanyanya sambil menyeka tepian bibirku yang belepotan air susunya.

“I-iya Ma… biar lebih enak”

“Tapi kamu bisa kontrol diri kan?”

“Bisa Ma…” jawabku mengiyakan saja karena sudah tak sabar.

“Hmm… Ya sudah, boleh deh” setuju mamaku. Dia lalu bangkit sedikit dan menarik turun seluruh gaun tidur itu dari tubuhnya. Sekarang mama hanya mengenakan celana dalam putih saja! Sungguh seksi dan membuat aku semakin birahi.

“Celana dalamnya dibuka juga dong Ma…” pintaku belum juga puas, padahal jantungku sudah berdebar sangat kencang saat ini. Nafasku juga sudah sangat berat karena pemandangan indah ini.

“Celana dalam mama juga? Kamu ini mau ngapain sih? Cukup segini aja. Gak boleh lebih” jawab mama yang ternyata menolaknya. Ah, ya sudah. Dengan kondisi mama seperti ini sudah sangat sangat bikin aku mupeng minta ampun.

Akupun lanjut lagi menindih mama, menyedot ASI nya, serta memainkan buah dadanya lagi. Nikmat yang aku rasakan kini semakin bertambah berkali-kali lipat dengan mama yang nyaris telanjang bulat. Seluruh permukaan kulitku bersentuhan langsung dengan kulit mama yang putih mulus. Sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya, penisku yang hanya terbungkus kondom amat sering bergesekan dengan bagian depan celana dalamnya. Bahkan kadang sengaja ku cucuk-cucukkan ke pangkal pahanya itu. Perbuatanku pada ibu kandungku ini semakin lama semakin bejat saja.

Tubuh nyaris telanjang kami kini sudah sama-sama lengket dan mengkilap karena keringat. Air susu mama juga semakin berceceran membanjiri sprei tempat tidurku dan tubuhnya sendiri. Aku yang dari tadi sudah kenyang oleh susu masih saja terus menempel menindih tubuhnya untuk memainkan buah dadanya sesuka hatiku. Ku pikir aku tidak akan bertahan lama lagi.

“Kamu pengen keluar sayang?” tanyanya. Aku hanya membalas dengan menganggukkan kepalaku. Benar, aku ingin muncrat.

“Kalau pengen keluar keluarin aja, kali ini kamu bisa bebas ngecrot sambil terus mainin dada mama” katanya mempersilahkanku. Aku senang sekali mendengarnya. Tanpa menahan-nahan laju spermaku yang bisa keluar kapanpun, akupun terus memainkan buah dadanya. Mengulumnya, menggigit dan menarik putingnya, maupun meremas buah dadanya. Hingga akhirnya saat aku merasa spermaku sudah mau keluar, ku peluk erat-erat tubuh mama, ku benamkan mukaku ke buah dadanya, mulutku menghisap kuat-kuat putingnya yang membuat susunya menyemprot deras ke mulutku. Penisku juga ku tekan dalam-dalam ke pangkal paha mama. Dengan posisi seperti itu, tubuhku kemudian mengejang dan kelojotan mengeluarkan sperma.

Crooot crooooootttt….
Aku muncrat. Spermaku muncrat dengan banyaknya dengan posisi cabul menindih tubuh mama. Bahkan tetap dengan posisi itu terus selama penisku mengeluarkan seluruh spermanya. Rasanya sungguh tak terlukiskan, begitu nikmat. Karena aku menggunakan kondom, maka spermaku tertampung dan tidak meluber kemana-mana.

“Ngh…. Ma… enak…” ucapku setelah gelombang orgasme reda. Posisiku masih tetap di atas tubuh mama menindihnya.

Dia tersenyum manis padaku.
“Itu spesial untuk anak mama tersayang yang paling mesum” ucapnya sambil menjawil hidungku dan menarik-nariknya ke kiri dan ke kanan.

“Hehe, makasih Ma…” balasku. Setelah itu aku rebahan sejenak dengan posisi kepalaku di buah dadanya selama beberapa menit. Mencoba meresapi hangat dan nyamannnya bersama ibu kandungku yang cantik ini. Barulah setelah itu dia menyuruhku bangkit karena dia ingin kembali ke kamarnya.

“Udah ya sayang… Mama mau kembali ke kamar dulu. Kalau lama-lama ntar ketahuan papa”

“Eh, i-iya ma…”

“Lepaskan juga tuh kondomnya, masak kamu pakai terus sih? Jangan lupa di buang…” suruhnya. Akupun langsung menuruti melepaskan kondom itu dari penisku yang dari tadi memang tidak menciut dan hanya setengah tegang saja. Tampak sangat banyak spermaku tertampung di sana. Mamaku tersenyum dan geleng-geleng saja melihatnya, seakan berkata dalam hati kalau anak kandungnya ini pasti baru saja merasakan kenikmatan yang luar biasa setelah mesumin ibunya hingga muncrat dengan amat banyak seperti itu.

Mamapun kembali ke kamarnya setelah memakai bajunya. Aku sendiri tadinya juga ingin memakai bajuku, tapi melihat ranjangku yang masih becek dimana-mana oleh susu mama, ku putuskan untuk tiduran telanjang dulu di tempat tidurku itu. Ada bau khas tubuhnya di sana yang membuat aku sangat nyaman, basahnya sprei karena susu dan keringat mama juga memberikan sensasi tersendiri padaku saat berbaring di sana. Aku sungguh dibuat cinta mati sama Mama. Aku bahagia punya ibu kandung seperti dia.

~~

Keluarga Sederhana Dika dan Ibunya

Kenalin nama ku dika, aku berasal dari keluarga biasa biasa di sebuah desa di provinsi Y. Aku sekarang sudah duduk di kelas 3 SMA dan aku punya cerita menarik yang bermula saat aku masih duduk dikelas 6 SD. Waktu itu aku hanya tinggal dengan ibuku saja karena papah telah meninggal semenjak 2 tahun yang lalu. Ayahku adalah seorang tentara sehingga ketika beliau meninggal kami mendapatkan uang pensiun ya walaupun tidak seberapa hanya sekitar 2 jt karena ayah memang hanya prajurit berpangkat rendah waktu itu. Ayahku meninggal ketika terjadi kerusuhan antara polisi dengan tentara mungkin karena itulah ibuku sangat membenci polisi.

Ibuku waktu itu berumur 38 tahun memang sudah cukup berumur tapi ibuku memiliki body yang ya aku nilai tidak buruk. Ibuku memiliki payudara yang sangat besar dan tubuh yang sedikit agak gemuk khas ibu-ibu. Dengan warna kulit sawo matangnya membuat aku tergila-gila dengan ibuku. Terlebih lagi ketika aku telah menonton film BF sejak kelas 4 SD aku selalu membayangkan untuk bersetubuh dengan ibuku. Oya ibuku namanya ratih. Meskipun ibuku memiliki paras yang cantik tp entah mengapa ibuku tidak mau untuk menikah lagi walaupun aku memang melarang ibuku namun ibuku terkesan menutup diri dari semua pria padahal banyak teman2 ayah yang naksir sama ibuku. Tp dia bilang kalau dia tidak ingin membagi cintanya dengan pria lain.

Suatu ketika sekolah, ditengah-tengah pelajaran aku mendadak ingin buang air kecil akupun meminta ijin pada guruku untuk pergi ke kamar kecil. Keitka aku sampai disana ternyata kamar kecilnya sedang dipakai. Disekolahku memang hanya ada 1 kamar kecil dan murid2 dan guru2 menggunakanya bersama2. Alhasil aku lari kebelakang kamar kecil yang merupakan sebuah kebon karena sudah tidak tahan lagi aku langsung kencing di belakang kamar mandi. Setelah selesai aku hendak kembali kekelas namun orang yang ada di kamar mandi itu belum juga keluar karena penasaran ingin mengetahui siapa orang yang ada di dalam kamar kecil. Aku langsung mencari lubang untuk mengintip dari belakang kamar mandi. Betapa terkejutnya aku ternyata orang yang ada di dalam adalah Bu ratna guru kelas empatku dulu. Bu ratna sudah cukup berumur memang ya sekitar 42an dan ketika aku melihat kedalam aku melihat buratna sedang berjongkok di atas WC yang memang menghadap kearahku pada saat itu. Sehingga aku bisa melihat memeknya dengan sangat jelas. Tp yang membuat aneh dia tidak sedang buang air besar melainkan hanya menggaruk-garuk memeknya saja dengan mata yang terpejam aku pun tercengang dengan pemandangan yang aku saksikan.
Hingga akhirnya aku melihat ada banyak cairan yang keluar dari memek bu ratna yang kemudian aku tahu bahwa itu adalah orgasmenya. Setelah bu ratna selesai aku pun langsung cepat2 kembali kekelas sebelum terlihat oreh bu ratna. Sesampainya dikelas aku terus-terusan terbayang-bayang pemandangan yang aku saksikan tadi tp aku tidak bercerita kepada teman-temanku karena memang aku adalah anak yang pendiam.
Jam sekolahpun selesai aku langsung pulang kerumah sesampainya di rumah aku langsung bersih-bersih mandi dan makan siang dengan ibuku. Ibuku sehari-hari hanya menjadi tukang jahit untuk dapat menambah uang makan kami. Ibuku memang hanya sekolah sampe kelas 2 SD karena waktu itu ibuku harus merawat eyang putri yang sakit dan bekerja sebagai seorang penjahit di rumah jahit milik orang tua ayahku. Begitu lah mereka bertemu. Setelah amakn aku lalu tidur siang dan tak terasa aku bangun pukul 5 dmna hari sudah mulai gelap. Ternyata ibuku masih tidur sehingga aku mencoba untuk menyalakan lampu-lampu yang ada di rumahku sendiri. Karena sudah hamper memasuki waktu maghri aku pun mencoba untuk membangunka ibuku yang terlihat tertidur dengan sangat pulas karena memang kemrin malam ia nglembur karena ada banyak pesanan yang menumpuk.

Ketika aku masuk dan hendak membangunkan ibuku aku teringat oleh kejadian tadi di sekolah. Aku pun terbayang ketika bu ratna menggaruk-garuk memeknya. Dan terbesit kenginan di kepalak untuk melihat memek mamah. Perlahan aku beranikan diriku untuk duduk di samping mamah dan mencaoba untuk menggoyangakan badanya dengan tanganku untuk mengecek apakah dia tertidur pulas dan tidak ada rekasi apapun darinya. Kemudian aku beranikan untuk menyingkap sedikit demi sedikit dasternya dan aku pun melihat memek ibuku yang di tumbuhi jembut yang sangat lebat ternyata ibuku tidak menggunakan CD karena memang di keluargaku jarang memakai CD aku pun sangat jarang menggunakan CD karena menurutku agak rishi bila ada yang menahan kontolku. Ibuku juka tidak mengenakan BH dan ketika aku membuka sedikit dasternya ibuku pun bergerak dari yang tadinya tidur miring sekarang tidurnya terlentang ingin rasanya aku menyedot susu ibuku namun aku urungkan niatku dan aku kembalikan dasternya seperti sediakala.
Lalu aku menuju ruang tamu untuk menonton TV dan aku terus terbayang-bayang memek ibuku dan ketika adzan maghrib berkumandang ibuku pun bangun dan langsung keluar kamarnya dan kaget ternyata hari telah gelap. Ia lalu menghampiri ku dan menanyakan apakah aku lapar dan ia pun langsung membuat kan makan malam dengan mi instan. Malam itu ketika aku akan tidur aku selalu terbayang-bayang memek ibuku dan aku membayangkan bila aku dan ibuku melakuakn sex. Ketika aku membayangkan hal itu tiba-tiba kontolku pun berdiri aku waktu tidak tau kenapa bisa demikian karena memang aku sendiri belum merasakan mimpi basah.

Malam itu aku bermimpi berhubungan sex dengan sorang wanita yang memiliki BUah dada yang sangat besar namun aku tidak ingat wajahnya yang aku ingat aku terbangun di pagi hari dan ternyata celana yang aku kenakan sudah basah aku pun mengira kalo aku mengompol namun kok cairan yang aku temukan sangat kenatl dan sedikit lengket aku pun bangun dan langsung membangunkan ibuku dan menceritakan apa yang terjadi padaku. Ibuku pun hanya tersenyum dan memelukku dan mengatakan kalo sekarang aku sudah besar dan bilang kalau itu adalah mimpi basah dan semua anak laki2 seumuranku memang normal untuk merasakan hal seperti itu. Ibuku pun langsung membawa ku ke kaarmandi dan setelah disana aku di perintahkan untuk melepas celanaku dan ibuku pun mengajariku bahwa aku harus selalu membersihkan kontolku ketika hal itu terjadi. Dan ketika ibuku membersihkan kontolku dengan sabun tanpa aku sadari kontolku kembali menegang ibuku pun terdiam dan terlihat wajah bingung serta canggung di wajahnya mungkin karena ini adalah pertmakalinya dia melihat kontol laki semenjak kepergian bapakku. Waktu itu kontolku hanya berukuran panjang 12 cm dengan diameter 3 cm. kecil memang tp tetap saja itu adalah kontol pertama yang dilihat ibuku setelah ayahku. Ibuku terus melanjutkan membersihkan kontolku aku merasa geli dengan hal itu dan aku mengatakan pada ibuku akan hal itu dan dia langsung membilas kontolku lalu mengeringkannya dengan handuk dan kemudian menyuruhku untuk mandi sendiri. 

Siangnya saat aku sedang bermain dengan komputerku karena memang komputerku adalah satu-satunya mainan yg aku punya aku juga jarang bermain diluar bersama teman2 ku karena rumahku yang letaknya cukup jauh dari pusat pemukiman di desaku sekitar 500 m saja namun hal itu telah berhasil membuatku malas untuk pergi bermain keluar rumah. Ketika itu tiba-tiba ibu pulang, katanya di habis dari kelurahan namun yang dimaksud adalah kota kelurahan yang memang lebih besar dari desa kami aku tidak tahu mengapa ia pergi kesana namun ketika itu ia pulang membawakan fried chicken kesukaanku. Kamipun makan siang bersama. Setelah makan biasanya aku langsung tidur siang karena memang terasa sangat nyaman untuk tidur ketika perut sudah tidak keroncongan. Ketika aku sudah merebahkan tubuhku di tempat tidur tiba2 ibu masuk dengan membawa sebuah botol yang aku tidak tahu apa isinya. Ia langsung duduk di sampingku dan memerintahkan ku untuk melepas celanaku dan aku pun langsung menurutinya tanpa mempertanykan mengapa. Ia lalu membasuh kontolku dengan air hangat dan kemudia mulai memijat kontolku menggunakan minyak yang bersal dari botol itu minyak itu berbau wangi semu amis dan ketika aku Tanya katanya itu adalah minyak linta yang dicampur dengan rempah keratin aku pun tidak paham apa yang di maksud.
Seketika itu pula kontolku kembali berdiri dan kemudian aku pun merasa sangat geli namun sangat enak. Aku mengatak kepada ibuku kalau aku mersakan hal itu dan ibuku pun hanya tersenyemum sembari melanjutkan pijatannya. Setelah 5 menit ibuku lalu berlutu di samping Kasur dan seketika memasukan kontolku kedalam mulutnya sentak hal itu membuatku kaget dan sedikit bersuara dan tak berapa lama aku merasakan aka nada yang keluar dari kontolku dan gternyata benar sepermaku keluar didalam mulut ibuku. Ibuku kemudian menyedot semua spermanya dan menelanya. Aku sungguh merasa sangat nikmat sekali tubuhku rasanya sangat ringan seperti melayang semua ototku dan persendianku terasa relaks. Ibu langsung mengelap bibirnya yang terkena minyak dan membasuh kontolku dengan air hangat untuk memberihkan sisa-sisa minyak tadi. Ibuku menjelaskan apa yang telah terjadi dan hal itu dinamakan orgasme dan hal itu sangat normal karena semua orang juga akan mengalaminya. Ibuku memerintahkan ku selalu melakukan hal itu sehari 3 kali agar pertumbuhan kontolku bisa sempurna dan dia sendiri yang akan membantuku.
Malamnya pun aku kembali dipijat oleh ibuku dan begitu pula kesokan harinya ketika aku baru bangun dibangunkan ibuku ia langsung membasuh kontolku dengan air hangat dan memijat kontolku dengan minyak lintah. Tak lupa ia selalu memsaukan kontolku kedalam mulutnya dan aku selalu keluar didalam mulutnya. Ketika pulang sekolah aku langsung pulang ke rumah dan menghampiri ibuku serta melepaskan celana dan bajuku dan meminta ibuku untuk memijat kontolku.

Tak terasa aku skrg telah kelas 1 SMP dan aku masih melakukan hal itu dengan ibuku. Namun timbul rasa ingin untuk mendapatkan lebih dari ibuku mungkin karena skrg aku sudah dapat mencari video porno sendiri dengan internet sehingga aku sudah pernah melihat banyak sekali hubungan sex begitu pula dengan sex incest yang merupakan tema favoritku.

Malamnya aku meminta ibuku untuk memijatku kembali dan kali ini aku bilang pada ibuku bahwa aku ingin menyusu ibuku lagi seperti ketika aku masih kecil dulu. Awalnya ibuku tidak mau dan malu serta mengatakan bahwa aku sudah besar tidak seharusnya melakukan hal yang biasa dilakukan adek bayi. Tapi fuck yeah banyak laki-laki dewasa di film porno yang melakukannya walau dia sudah dewasa namun aku tidak mengatakannya melainkan hanya merengek dan saking sayanganya ia kepadaku ia pun mengabulkan permintaan ku itu ia pun mengeluarkan sebuah susunya dari dasternya. Susu itu terlihat sangat menarik karena seperti terasa sesak dan ingin keluar dari dalam daster ibuku. Dengan putingnya yang berwarna coklat kehitaman dengan ukuran yang sedang dan aroela yang tidak terlalu lebar aku langsung menyedot susu ibuku itu. Terdengar suara desahan kecil yang bersal dari itu ketika aku menyedot susu ibuku itu ketika aku melihat ke atas aku lihat mata ibuku terpejam seperti raut wajah bu ratna ketika di kamar kecil sekolah dulu.
Setelah 15 menit ibuku pun menyuruhku untuk berhenti menyedot susunya karena ternyata kontolku tidak mau orgasme jika tidak di mulut ibuku mungkin karena dari awal sudah sering diperlakukan seperti itu sehingga menjadi terbiasa. Aku pun melapaskan susu ibuku dan kemudian berdiri karena pada saat itu posisi kepalaku ada di pangkuan ibuku dan ketika aku berdiri posisi kepala ibuku ada di depan perutku dan aku meminta ibuku untuk langsung memasukan kontolku kedalamnya mulutnya tanpa aku harus berbaring. Ibuku pun menurututinya dan langsung mebrangkang agar multnya tepat sejajar dengan kontolku. Terlihat ibuku kesulit untuk memaju mundurkan kepalanya dengan posisi itu terlebih lagi sekaranga kontolku berukuran 19 cm panjangnya dan 5 cm diameternya karena pijatan ibuku selama ini. Sehingga aku memegangi kepala ibuku dan mulai memaju-mundurkan pantatku sehingga kontolku bergerak keluar masuk mulut ibuku. Terdengar ibuku terbatuk karena aku menggerakan kontolku terlalu dalam kedalam mulutnya. Ia pun menyuruh ku untuk bergerak perlahan sehingga dia bisa menyesuaikan aku pun mengikuti apayang ia katakan sehingga ibuku bisa merasa nyaman. 5 menit berlalu aku pun mulai menaikan kecepatanku lagi karena terasa aku sudah akan keluar dan ketika keluar aku tekan dalam2 kontolku kedalam mulutnya sehingga semua sepermaku langsung masuk kedalam tenggorokannya.

Aku pun merasa sangat puas dan aku memutuskan untuk langsung tidur namun kali ini aku minta ibuku untu tidur denganku dengan alasan aku ingin kembali menyusu pada ibu. Ibu pun merperbolehkannya dan aku langsung mengikuti ibu kekamarnya untuk tidur bersama. Aku pun tidur dengan telanjang dan ibuku menanyakan mengapa sehingga aku jawab karena badanku terasa panas habis melakukan hal tadi. Aku pun langsung mengenyot putting susu ibuku dan sejam kemudian aku memtuskan untuk tidur. Namunn dimalam hari aku mendengar desahan seorang wanita yang ternyata adalah suara ibuku. Aku pun berusaha membuka mataku dan melihat kesampingku bahwa ibuku sedang memainkan memeknya dengan posisi tertidur dan mendesah dengan cukup keras dan namaku dika.

Ingin aku bangun dan membantu ibuku tp aku urungkan niat itu. Hingga paginya ibuku kembali memijatku sebelum aku mandi dan kali ini ketika aku mandi ibu memaksa untuk ikut mandi karena alasannya dia mau pergi ke kota untuk membeli kain dan benang untuk bahan jaitnya.kamipun mandi bersama dan kali ini ibu sudah tidak canggung untuk bugil didepanku. Kami pun mandi bersama ibuku menggosokku badanku dan sengaja menggosok kontolku yang otmatis membuatnya berdiri ibukupun hanya tersenyum. Aku pun menggosok badan ibu dan aku mencoba untuk membersihkan payudaranya dan terlihat dia merasa menikmatinya karena terlihat matanya terpejam dan terdengar lirih desahan ibuku. Aku pun meberanikan diri untuk menggosok memek ibuku dan terlihat ia kaget dan langsung memegang tangan ku dan melarangku untuk melakukannya. Aku pun mengatakan kalau ibu boleh menggosok kontolku kenapa aku tidak boleh menggosok memek ibuku dan setelah itu ibukupun melepaskan tanganya yang dari tadi memegang tangan ku dan memperbolehkan aku untuk menggosok memeknya.

Aku pun mulai menggosok memek ibuku perlahan kulihat ibuku sangat menikamtinya suara desahan yang keluarpun menjadi semakin keras. Aku gosok semakin cepat memek ibuku dan ia pun semakin menikamatinya dan seketika tubuhnya nyapu bergetar cukup kuat dan keluar cairan hangat dari memek ibuku dan saat itu aku sadar bahwa ibuku telah mengalami orgasmenya. Iapun masih terdiam dengan mata terpejam dan baru membuka matanya ketika aku membilas memeknya yang penuh dengan sabun dengan air bersih yang dingin. Aku pun menyruh ibuku untuk membalikan badannya dan ia pun menurutinya tanpa berkata apapun atau menanyakan mengapa ia langsung menuruti perintahku aku berjongko dan aku meyuruh ibuku untuk menungging sehingga sekarang aku dapat melihat dengan jelas memek dan anus ibuku itu aku pun kemabali menyabuninya dan ibuku kembali merintih namun kali ini aku sengaja tidak melakukannya sampai ibuku orgasme karena aku sudah harus cepat-cepat berangkat sekolah dan terlihat sedikit kekecewaaan pada wajah ibuku.

Sepulang sekolah aku langsung membuka pintu rumah dan mengucapkan salam dan ibuku pun menjawabnya dan terdengar dia sedang di ruang jahit mengerjakan jahitannya. Aku pun mengunci pintu dan menutup korden rumahku dan aku langsung melucuti semua pakaianku dan menuju rua jahit dan benar saja ibuku sedang manjih pakean pesanan tetangga kami. Aku pung langsung memeluk ibuku dan menanya bagaimana pekerjaan jahitnya dan kemudian aku posisikan kontolku tepat berada disanmping mukanya dan ketika ibuku menolehkan wajahnya penis ku langsung berada di depannya. Aku langsung memutarkan kursi jahit ibuku yang memang bisa diputar dan langsung memaksa kontolku untuk masuk kedalam mulut ibuku dan ia pun seperti kaget dan aku bialang bahwa saat sekolah aku selalu membayangkan ibu dan sudah sangat ingin untuk mengeluarkan spermaku. Ibuku pun protes karena aku tidak menggunakan minyak yang bertujuan untuk membesarkan penisku itu namun tidak menhiraukannya dan terus memegang kepala ibuku dan memaju mundurkan penisku hingga akhirnya 10 menit kemudia aku mengeluarkan penisku didalam mulutnya ibukupun langsung menelan semua spermakau dan bahkan menjilat kontolku hingga tidak ada lagi spermaku yang tersisa.

Setelah itu aku meminta ibuku untuk kekamar mandi dan melucuti dasternya sehingga sekarang aku dan ibuku telanjang bulat di dalam kamar manidi dan aku pun mulai membasahi memek ibuku dan menyabuninya terlihat raut wajah sedikit senang dan sangat menik mati ketika aku menggosok memeknya. Aku pun menyruh ibu untuk duduk di pinggiran bak mandi dan mengangkan kakinya sehingga memek terlihat dengan jelas aku pun mengambil cukuran jenggot miliku dan mulai mencukur semua bulu yang ada di memeknya bahkan rambut yang ada di sekitar lubang anusnya. Aku memang tidak suka bila ada bulu di kemaluan aku pun telah mencukur jembutku sebelumnya. Dan ibuku menanyakan mengapa aku melakukan hal ini dan aku akatakan padanya bahwa aku tidak menyukai memek yang ditumbuhi dengan jembut yang sangat lebat. Setalah selesai aku membilas memek ibuku terliahat memek yang mulus dan terasa sangat halus. Aku pun mengeringkan memeh ibuku dengan handuk dan menggandeng tangannya menuju kamar ibuku.

Aku meyruruh ibuku untuk tiduran telentang dan mengatakan bahwa aku akan memberikan kenikmatan yang sudah lama tidak ibu dapatkan dan tidak ada penolak sedikitpun dari ibuku aku pun mulai memainkan memek ibuku dengan tangan kanan ku sedangkan tangan kiriku meremas payudara kirinya dan aku menghisap putting susu kanan ibuku terdengar desan ibuku dan terasa bahwa dia sangat menikmati apa yang aku lakuakan hiangga 5 menit kemuadian aku melepaskan tangan ku dan aku mulai menggerakan mulukutku dair putting ibuku menuju perut hingga berada di memeknya dan aku pun mengecup tubuh ibuku beberapa kali ketika aku menggerakan tubuhku. Aku jilati memek ibuku dan terasa bahwa dia sangat menikmati hal itu dan ia pun akhirnya mengejang setelah beberapa menit saja munkin karena setelah aku mencukur memeknya hal ini membuat ibuku menjadi semakin sensitive. 

Setelah ibuku mendapatkan orgasmenya aku kemudian mencium ibuku di bibirnya dan keningnya aku mengatakan bahwa aku sangat mencintainya dan betapa inginnya aku untuk menyetubuhinnya dia pun terlihat bingung dan sedikit ragu namun aku berhasil menenangkannya dengan mengatak bahwa semua ini aku lakuakan atas dasar cinataku pada ibuku dan akhirnya dia kembali tersenyum dan ia pun bangun dan menyuruhku untuk berbaring dan dia pun mulai mengoral ku. Hingga setelah 5 menit berselang aku merasa sudah akan keluar dan aku pun melepaskan kepala ibuku dan menyuruhnya untuk berbaring dan mengangkat kakinya dan membuka slangkangannya sehingga terlihat jelas memeknya seperti gaya misionaris. Aku mulai mengarahkan kontolku untuk bisa masu kedalam memek basah ibuku. Ibu pun mengatakan padaku untuk perlahan karena ibu sudah lama tidak melakukannya aku pun menuruti permintaanya dan memang terasa sangat sempit memek ibuku ini. Rasanya seperti di jepit karet yang basah karena pelumas dan terasa sangat hangat nikamt sekali rasanya. Aku pun mulai menggerakan kontolku secara perlahan dan melihat ibuku sedikit kesakitan. Setelah 5 menit penyesuaian aku pun menaikkan kecapatan genjotanku dan terdengar desahan ibuku sangat keras khas orang yang sedang melakukan sex. 10 menit kemudian ibuku mendapatkan orgasmenya menggunakan kontolku untuk yang pertama kali dan aku pun menghentikan genjotanku agar dia bisa menikamati orgasmenya.

Ku minta ibuku untuk menyamping ke arahku yang sekarang tiduran di sampingnya aku pun kembali memasukan kontolku yang kerasnya bukan main kedalam memek ibuku itu dan aku mulai menggenjotnya kembali sembari ku cium bibir ibuku dan dia membalas pagutannku dengan sangat bersemangat. 15 menit berlalu dan aku merasa bahwa aku akan segera keluar dan melihat ibuku juga akan segera keluar untuk yang 4 kalinya dalam 15 menit ini. Tanpa di beri aba-aba kami pun keluar bersama aku pun mengeluarkan spermaku didalam rahim ibuku.

Kamipun terkulai lemas dengan posisi kontolku yang masih didalam memeknya aku kecup kening ibuku dan ku ucapkan terimakasih dan ku katakana betapa aku sangat mencintai ibuku saat ini aku pun mengatak bahwa aku menginginkan ibuku menjadi istriku dan menjadi satu-satunya wanita dalam hidupku dan ibuku pun tersenyum, mengecup bibirku dan mengucapkan terimakasih karena sekarang dia merasa bahwa ada laki-laki dewasa yang akan selalu ada untuknya.

Setelah itu ibu langsung mengambil obat yang ada didalam laci di meja sebelah tempat tidurnya dan meminumnya dan ketika aku tanya apa itu ia jawab kalau itu adalah pil KB dan hal itu akan memungkinkan aku untuk mengeluarkan spermaku dirahimnya tanpa membuatnya hamil. Ia juga mengatakan kalau sekarang ibuku adalah wanita milikku yang berarti sekarang aku bisa menganggapnya sebagai istriku sendiri dan menyetubuhinya akapan pun aku mau. Dan ibuku berjanji bahwa dia tidak akan menolaknya serta mulai saat ini ibuku akan selalu tidur bersama ku setiap malam karena dia sekarang adalah istriku. Ia lalu berdiri dan mengenakan pakaiannya serta menyruhku untuk beristirahat karena dia akan kembali mengerjakan jahitannya. Aku pun tidur siang dan terasa hari telah mulai gelap aku pun terbangun dan melihat ibuku sedang memasak makanan untuk makan malam aku pun memeluknya dari belakang dank arena dia hanya menggunakan daster aku langsung memainkan memeknya ibuku hanya tersenyum manja tanpa menolak apa yang aku lakukan. Aku pun mengatakan aku akan mandi dulu.

Begitulah yang aku lakukan dengan ibuku setiap harinya hingga akhirnya skrg kelas 3 SMA dan ibuku berumur 44 tahun namun masih sangat segar dan ceria mungkin karena setiap hari selalu aku service 3 kali pagi siang dan sore. Libidoku yang memang sedang tinggi2nya di saat remaja di tambah ibuku yang sangat menarik membuat kami seperti pengantin baru setiap hari.

Terimakasih telah membaca cerita saya bila ada kekurangannya saya mohon maaf

CIUMAN DARI MAMA

Oke, sudah jam 10 malam…

Akupun bergegas keluar dari kamarku, langsung melangkahkan kakiku menuju kamar orangtuaku. Untuk menemui mama.

Namaku Dani. Sedari kecil, aku mempunyai rutinitas yang selalu dilakukan sebelum tidur malam. Aku biasanya akan mendapatkan ciuman selamat malam dari mama. Kadang di ruang keluarga sehabis menonton televisi, kadang mamaku yang datang ke kamarku, tapi lebih sering akulah yang mencarinya ke kamarnya untuk mendapatkan ciuman selamat malam darinya. Kebiasan mendapatkan ciuman selamat malam seperti itupun terus berlangsung hingga aku kelas 2 SMP seperti saat sekarang ini.

Tok tok tok…

“Ma…,” panggilku dari balik pintu kamar orangtuaku.

“Masuk aja Dan,” sahut mama. Akupun masuk ke dalam kamarnya. Kudapati mama sedang tiduran di atas tempat tidurnya sambil menonton tv. Tampak seluruh tubuhnya kecuali kepalanya sudah masuk ke dalam selimut

“Sudah mau tidur ya?”

“Iya Ma…” jawabku yang dibalas mama dengan tersenyum. Mama kemudian bangkit dari posisi berbaringnya untuk kemudian duduk, selimutnya jadi turun sehingga memperlihatkan daster yang dia kenakan yang menurutku cukup tipis dan seksi.

Aku lalu berjalan mendekat ke arah mama, membungkuk, dan kemudian memberikan keningku untuk dikecup olehnya.

Muach…
“Selamat tidur sayang… mimpi indah yah…” ucap mama lembut memanjakan telingaku.

“Selamat tidur juga Ma…” balasku. Aku sebenarnya ingin berlama-lama di sini, tapi karena tidak ada alasanku untuk berlama-lama, akupun jadi harus segera bergegas kembali ke kamarku agar mama tidak curiga. Sebelum menutup pintu aku melihat ke arah mama lagi. Dia tersenyum manis lagi padaku. Begitu indah. Senyuman mama begitu menenangkan. Aku harap aku akan mimpi indah karena melihat senyumnya itu.




Mama biasanya hanya akan mencium keningku saja, tapi sesekali dia juga akan mencium kedua pipiku. Tentunya itu merupakan hal yang biasa jika seorang ibu mencium anaknya. Akupun tidak pernah berpikir macam-macam sebelumnya, bahkan kadang aku risih saat mama menciumku ketika akan berangkat sekolah. Namun semenjak aku mulai mengenal yang namanya bokep, bacaan porno, serta obrolan-obrolan cabul teman-temanku, aku jadi tertarik dengan yang namanya tubuh wanita dewasa. Aku mulai mengoleksi film-film porno dari internet yang ceweknya cantik-cantik. Hingga akhirnya aku sadar kalau ternyata di rumahku aku memiliki wanita yang daya tariknya melebihi wanita manapun yang pernah aku lihat, yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.

Ibuku bernama Lastri. Umurnya 33 tahun. Sehari-hari dia hanya menghabiskan waktu dengan mengurusi rumah. Dia hanya keluar rumah kalau ada perlu berbelanja di warung ataupun mengikuti arisan. Aku sendiri anak pertama dari dua bersaudara. Adikku bernama Fitri dan masih kelas 5 SD. Dia imut dan cantik seperti mamanya.

Saat pagi ketika aku akan pergi ke sekolah, pulang sekolah, dan malam hari, mama selalu ada untukku. Sehingga aku merasa kalau mama memang tercipta ada untukku. Mama begitu sempurna, dan tampak semakin sempurna karena beliau memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang sangat menarik di mata pria manapun, termasuk aku anaknya sendiri.

Sebenarnya aku merasa bersalah membayangkan yang tidak-tidak pada ibu kandungku sendiri. Namun sosok mama yang cantik betul-betul menarik perhatianku. Membuat aku semakin hari semakin jatuh hati padanya. Membuatku semakin hari semakin menjadi-jadi membayangkan hal-hal cabul yang tidak pantas dibayangkan seorang anak terhadap ibu kandungnya sendiri. Apalagi Mama termasuk orang yang cuek kalau berpakaian di dalam rumah. Tak jarang aku sering melihatnya hanya mengenakan daster tanpa bra, ataupun keluyuran di dalam rumah dengan hanya mengenakan handuk. Jadilah onaniku semakin menjadi-jadi. Bejatnya diriku, seorang anak yang onani sambil membayangkan wajah dan tubuh ibu kandungnya sendiri!

Tentunya aku tidak bisa berbuat lebih selain hanya bisa mengkhayal. Oleh karena itu aku sangat menantikan datangnya malam ketika akan tidur, karena di saat itulah aku bisa mendapatkan waktu berduaan dengan mama. Mendapatkan hangatnya ciuman dari mama meskipun hanya ciuman di kening dan di pipi. Namun itu sudah cukup bagiku.

Kalau aku sedang beruntung, aku bisa mendapatkan ciuman berkali-kali dan sangat lama darinya. Kadang aku menemukan mama hanya mengenakan pakaian dalam saja di balik selimutnya. Posisiku kadang hanya berdiri sambil membungkukkan badan menghadapkan keningku ke arah mama, kadang aku duduk di sebelahnya, tapi sesekali aku pernah nekat ikut berbaring di sampingnya ataupun menindih tubuhnya dengan modus ingin bermanja-manjaan. Mama biasanya hanya memprotes tubuhku yang sudah semakin berat ketika aku menindihnya. Dan setelah mendapatkan ciuman dari mama, aku pasti akan langsung lanjut onani di dalam kamarku.

Hari demi hari terus berganti. Tiap malam aku selalu mendapatkan ciuman selamat tidur dari mama. Dan tiap malamnya aku selalu memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Aku selalu berusaha mencoba agar setiap malam aku mendapatkan hal yang lebih dari apa yang aku dapatkan di malam-malam sebelumnya. Hal itu tidak sia-sia, karena beberapa malam belakangan ini justru posisi menindih mama yang selalu aku praktekkan. Mama tidak pernah mengeluh lagi karena berat badanku. Malah kadang dia merentangkan tangannya seakan menyambutku untuk memeluk dan menindihnya, untuk kemudian mencium kening dan juga pipiku. Tentunya semua itu hanya bisa ku dapatkan kalau tidak ada ayah di rumah. Kalau ada ayah di rumah biasanya aku hanya mendapatkan ciuman di ruang keluarga saja dari mama. Ayah memang jarang pulang karena dia sibuk mengurusi pekerjaannya di luar kota. Pekerjaan ayahku memang membuatnya jadi sering berpergian baik ke luar kota maupun ke luar negeri, sehingga membuat mamaku jadi sering tidur sendirian saat malam. Karena ayahku yang jarang di rumah itu jugalah yang membuatku jadi lebih akrab dengan mama dibandingkan dengan ayahku.

Malam ini, setelah aku selesai mengerjakan PR akupun melangkah ke kamar mama untuk mendapatkan ciuman selamat malam darinya lagi. Selama beberapa malam ini mamaku memang hanya tidur sendirian karena ayahku sedang ada pekerjaan di luar kota. Malam ini aku ke kamar mama hanya dengan mengenakan celana pendek tanpa memakai celana dalam lagi di baliknya, sama seperti beberapa malam kemaren. Saat pertama kali mama memang agak heran melihatku masuk ke kamarnya dengan hanya memakai celana pendek saja, tapi aku beralasan karena kepanasan saat tidur. Maka jadilah aku selalu datang ke kamarnya tiap malam dengan hanya memakai celana pendek saja seperti saat sekarang ini.

Tok tok tok…

“Ma….”

“Iya Dan… masuk”

Akupun masuk. Seperti biasa, kamar mama terasa begitu nyaman dan sejuk karena mempunyai AC. Apalagi dengan keberadaan mama di tempat tidur yang siap memberikan ciuman selamat malam untukku. Tentunya membuatku sangat betah dan selalu ingin kembali lagi ke sini.

“Sudah mau tidur yah?”

“Iya Ma…”

“PR-nya sudah siap belum?”

“Udah kok ma…” Mama tersenyum manis, kemudian dengan isyarat tangan memintaku untuk mendekat ke arahnya. Dadaku lagi-lagi berdebar-debar tak sabar untuk mendapatkan ciuman dari mama. Dengan tak sabaran akupun mendorong pelan tubuh mama hingga tubuhnya tertindih olehku.

“Nnnggghhh... Daniiiii….. Pelan-pelan!” mama menjerit kecil karena perbuatanku. Aku cuek saja. Karena hal ini sebenarnya cukup sering juga kulakukan pada mama, dan semuanya hanya mama balas dengan menjerit kecil seperti itu. Tentunya mendengar teriakan kecil dan manja seperti itu tak membuatku berhenti.

Ku posisikan wajahku sejajar dengan wajah mama, sehingga membuatku dapat merasakan tarikan nafasnya. Kedua tanganku kini berusaha memeluk tubuhnya yang dihimpit olehku. Dadaku bergesekan dengan daster tipisnya, dapat kurasakan kalau dirinya malam ini kembali tidak mengenakan bra seperti malam-malam kemaren. Ah… Sungguh suasana ini begitu erotis bagiku. Penisku berdiri dengan tegangnya. Karena tubuhku yang lebih pendek, penisku hanya sejajar dengan perutnya. Tentunya tanpa aku yang memakai celana dalam penisku jadi semakin bebas berdiri di bawah sana. Aku tidak tahu apakah mama merasakannya atau tidak, karena masih ada selimut yang cukup tebal memisahkan bagian bawah tubuh kami.

“Selamat malam sayang…” ucap mama manja sambil menciumku tepat di kening, kemudian kedua pipiku.

Selama ini memang kening dan pipiku saja yang dicium oleh mama. Namun malam ini aku berencana untuk juga mendapatkan ciuman di bibir darinya. Aku penasaran bagaimana rasanya. Aku sudah menahan-nahannya cukup lama, dan aku ingin mendapatkannya malam ini. Tapi mama sepertinya tidak akan mencium bibirku. Jadi ku beranikan saja aku yang memulai, karena aku yakin aku tidak akan dimarahi olehnya. Dengan cepat akupun mengecup bibir mamaku. Mama tampak sedikit terkejut. Dia terlihat heran dengan tingkahku, tapi dia tidak marah. Akupun menciumnya sekali lagi, kali ini sedikit lebih lama. Dia masih tetap membiarkan. Aku cium bibirnya lagi dan lagi. Meskipun mama terlihat ragu, namun dia terus membiarkan bibirnya diciumi olehku berkali-kali.

Setelah beberapa kali ku mencium bibirnya, barulah mama angkat suara.

“Kamu kenapa jadi manja banget gini sih?”

“Memang gak boleh ya aku manja-manjaan sama mama?” Aku balik bertanya.

“Boleh sih… Mama cuma gak nyangka aja kalau kamu bakal nyium bibir mama. Dulu kan kamu risih banget kalau mama cium, katanya malu anak laki-laki udah gede masih dicium mamanya, tapi sekarang malah nyium bibir mama. Ada apa sih?”

“Ng-nggak kenapa-kenapa kok, setelah Adi pikir-pikir gak ada salahnya deh Adi dicium sama mama sendiri, hehe,” aku sedikit grogi menjawabnya. Mama tersenyum kecil. Aku hanya berharap mama tidak curiga.

“Jadi boleh kan ma aku cium bibir mama?” tanyaku lagi.

“Hmm… Ya udah… Boleh… gak papa kok.”

“Nyium bibir mama terus-terusan boleh juga kan? Hehehe,” tanyaku lagi.

“Hihihi, kok kedengarannya agak gimana ya gitu... Hmm… Iya-iya…. Boleh kok sayang, kamu boleh cium bibir mamamu ini selama yang kamu mau dan kapanpun kamu pengen cium” balasnya sambil tersenyum, namun kali ini senyumannya terlihat sedikit nakal di mataku. Seakan sengaja ingin menggodaku. Apakah mama tahu kalau aku punya pikiran nakal terhadapnya? Aku tidak tahu, yang pasti saat ini aku sangat senang karena ternyata mama membolehkan aku mencium bibirnya sesuka hatiku.

Akupun dengan cepat kembali menciumi bibir mama berkali-kali. Mama menjerit tertahan, membuatku semakin bersemangat menciumi mama. Dia tidak terlihat ragu-ragu lagi menerima ciumanku. Tentunya tidak hanya bibirnya yang aku cium, tetapi juga kening dan pipinya. Meskipun ciumanku masih sekedar mengecup saja, tapi aku senang karena akhirnya sudah bisa menciumi wajah mama dengan bebas, apalagi dengan posisi menindih tubuhnya seperti ini. Mama juga sesekali membalas ciumanku, baik di kening, pipi dan juga bibirku. Tentunya membuat perasaanku makin melayang. Aku horni berat, tapi aku mencoba untuk mengontrol diri agar tidak berbuat lebih jauh dulu agar mama tidak berbalik marah dan menghentikan perbuatanku.

Cukup lama juga ternyata kami saling berciuman. Ini ciuman selamat malam terlama dan paling menyenangkan yang pernah aku dapatkan. Andai mama tidak menyuruhku berhenti dan kembali ke kamarku untuk tidur, aku pasti akan terus menciumi mama hingga pagi.

Saat kembali ke kamarku, akupun melanjutkan dengan onani. Spermaku keluar dengan banyaknya karena membayangkan apa yang barusan terjadi bersama mama. Tentunya ku berharap malam-malam selanjutnya tetap akan seperti ini. Bahkan semoga akan semakin heboh dan lebih panas lagi.

Sejak malam itu aku tidak hanya mendapatkan ciuman di kening dan di pipi saja dari mama, tapi juga di bibirku. Dan juga yang mana biasanya hanya mama yang akan menciumku, kini juga telah berubah dengan aku yang juga aktif menciumi seluruh wajah mama termasuk bibirnya. Mama dengan senang hati akan menyambut kedatanganku untuk memberikan bibirnya untuk ku nikmati di atas tempat tidurnya. Kebiasan itu terus kami lakukan setiap malam.

Hingga pada suatu malam saat ayah tidak pulang, aku meminta mama untuk tidur bareng dengannya. Mama setuju.

“Mau di kamar mama atau di kamarmu?” tanya mama.

“Dimana ya bagusnya… di kamar mama aja deh, sejuk ada AC-nya,” jawabku.

“Oke sayang… mama tunggu ya di kamar… buruan selesaikan PR-nya ya,” ucap mama sambil tersenyum manis. Aku gregetan melihat senyum manisnya yang lagi-lagi terlihat nakal itu. Belum apa-apa kontolku sudah ngaceng. Dengan cepat ku selesaikan PR-ku. Aku tidak sabar ingin berduaan dengan mama sepanjang malam.

Saat PR-ku sudah selesai, akupun segera ke kamar mama. Seperti biasa, aku hanya mengenakan celana pendek saja. Saat masuk ke kamarnya. Ku lihat mama sedang duduk di tepi tempat tidur. Dia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur berwarna hitam. Sungguh Mama terlihat sangat cantik dengan gaun tidur yang dia kenakannya itu. Mama terlihat sangat menggairahkan.

“Gaun mama cantik. Gaun baru yah ma?” tanyaku dengan mata terus menikmati memandang indahnya sosok ibu kandungku itu.

“Yup… kamu suka sayang?” mama bertanya sambil berpose dan bergaya di depanku. Seakan mempersilahkan mataku menatap dirinya sepuas-puasnya. Ingin rasanya ku onani saat itu juga. Membuka celanaku dan mengocok kontolku di depan ibu kandungku.

“Su-suka ma… mama cantik, seksi, sempurna” jawabku, Mama hanya tertawa kecil mendengar ucapanku. Aku sangat senang mama membeli gaun tidur baru dan khusus mengenakannya untukku. Mama masih bergaya di depanku. Aku selalu menahan nafas dan menelan ludah berkali-kali tiap mama berganti pose. Kontolku betul-betul tegak dengan tegangnya dan terlihat sangat menonjol dari celana. Aku yakin mama bisa melihatnya, tapi dia seperti tidak ingin mempedulikan.

“Kamu mau berdiri sampai kapan sih Yang? Yuk buruan bobok” ajak mama manja dengan isyarat tangan menepuk tempat tidur.

“I-iya ma”
Gila… sensasi luar biasa menjalar di seluruh tubuhku karenanya. Ternyata ayahku memang sangat beruntung bisa menikahi mama, namun sayang dia tidak bisa tiap malam mendapatkan indahnya malam seperti saat ini. Untuk malam ini, mama khusus untukku, anak kandungnyalah yang akan menikmati mama malam ini.

“Ayo doooong…” ucap mama lagi. Tidak ingin tunggu disuruh lagi, akupun segera menarik tangan mama dan menghempaskannya ke tempat tidur. Ku tindih tubuh moleknya. Kuciumi seluruh wajahnya tanpa ampun, termasuk bibirnya. Mama hanya menjerit tertahan sambil sesekali tertawa geli. Membuatku jadi semakin bernafsu padanya.

Aktifitas yang dulunya hanya sekedar kecupan di kening dari mama, kini telah menjadi pencumbuan yang panas antara aku dan mama. Kami saling berciuman. Menciumi wajah satu sama lain. Aku tidak lagi hanya sekedar mencium, lidahku juga bermain-main menjilati halusnya wajah ibu kandungku ini. Wajah mama yang cantik dan putih mulus sampai basah oleh liurku. Kening, pipi, hidung hingga bibirnya kuciumi dan kujilati sepuas hatiku. Lidahku kini juga sudah berani masuk ke dalam mulut mama, berusaha menggapai lidahnya untuk saling berpagutan. Awalnya mama seperti ingin berontak karena terkejut, namun lama kelamaan mamapun membalas permainan lidahku di mulutnya.

“Kamu mau nyium mama sampai kapan sih? Buruan tidur gih” ucap mama akhirnya dengan nafas terengah-engah. Dadanya naik turun. Tampak mama sudah berkeringat. Belahan dadanya terlihat semakin indah karena mengkilap oleh keringat. Ingin rasanya ku benamkan wajahku di sana.

“Lihat… udah jam berapa tuh? Besok kamu sekolah kan?” ucap mama sekali lagi. Ku lihat jam di dinding, ternyata sudah lewat setengah jam lidahku bermain-main di wajah ibu kandungku ini. Tapi tentunya aku masih belum ingin berhenti. Rasanya tidak ada puasnya menikmati indahnya wajah mama.

“Bentar lagi dong ma… Besok kan hari minggu. Mama tidur aja duluan, aku masih pengen cium-cium mama”

“Hihihi, mana bisa mama tidur kalau kamu nyiumin mama terus” balas mama sambil menowel keningku. Aku cengengesan mesum dan kembali menciumi seluruh wajahnya.

“Dasar nakal… nnghhh” mama melenguh. Entah karena kesal karena aku tidak mau berhenti atau karena horni, aku tak tahu. Yang jelas kini mama hanya pasrah diciumi putranya.

Tubuhku kutempel erat ke tubuh mama sambil terus mengajaknya berciuman. Tanganku menggerayangi punggungnya, kakiku juga mengapit erat kaki mama. Dan tentu saja penis tegangku yang masih tertutup celana juga bergesek-gesekan dengan perut mama.

Entah bagaimana awalnya, sekarang gaun tidur yang mama kenakan sudah tidak melekat sempurna lagi di tubuhnya. Sambil terus menerima ciumanku, mama juga berusaha untuk membetulkan posisi pakaiannya. Tapi tentunya tidak mudah karena tubuhnya tertindih olehku yang masih terus menciuminya dengan buas. Justru aku yang berusaha membuat gaun tidur mama semakin tak karuan. Hingga akhirnya sebelah buah dadanya terbuka dan terpampang jelas di mataku, barulah kemudian mama mendorong tubuhku dengan kuat.

“Udah ah, bandel” ucapnya cemberut.

Aku bangkit dan duduk di sebelah mama. Ku perhatikan kondisi mama. Pundak mama yang licin sudah terbebas dari tali gaun tidurnya. Sebelah buah dadanya terekspos. Bagian bawah gaun tidurnya juga sudah tersingkap sampai ke perut hingga memperlihatkan celana dalamnya. Mama terlihat sangat seksi dengan kondisi seperti ini. Tapi mama segera membetulkan kondisi gaunnya, tentunya aku kecewa.

“Ma….”

“Apa?”

“Kalau mama kepanasan, buka aja bajunya… keringatan gitu,” ujarku berharap.

“Huuu… Mau mu… enak aja,” tolak mama sambil memeletkan lidah lalu tertawa kecil, seakan senang membiarkan anak kandungnya ini mupeng berat terhadapnya.

Aku terus merengek meminta mama melepaskan gaun tidurnya, tapi mama tetap tidak mau membukanya. Akupun akhirnya mengalah. Yah, tidak apalah, aku tidak ingin juga memaksanya saat ini. Bisa-bisa mama nanti marah dan aku tidak diperbolehkan melakukan hal cabul seperti ini lagi padanya.

“Terus sekarang kamu masih pengen nyium mama atau udah mau tidur nih?” tanya mama kemudian. Tentu saja aku masih pengen menciumi mama. Tanpa menjawab akupun kembali menindih mama. Kami kembali lanjut berciuman panas, saling berpagutan dan bermain lidah hingga tubuh kami bermandikan keringat. Kadang aku meminta mama agar mama yang berada di atas. Dengan posisi seperti ini, tanganku lebih leluasa mengelus-elus punggung mama. Bahkan tanganku kini juga sudah berani mengelus pantatnya, mama tidak memprotes. Berkali-kali gaun tidurnya itu kembali ku buat acak-acakan hingga memperlihatkan sepasang ataupun kedua buah dadanya lagi, tapi berkali-kali juga mama akan berhenti menciumku untuk membetulkan gaun tidurnya.

Saat berciuman, aku yang horni berat memberanikan diri membuka celanaku hingga penisku terbebas. Tentunya mama tahu, dia geleng-geleng kepala melihat ulahku, tapi dia tidak memperotes, dia membiarkan. Rasanya sungguh luar biasa saling berciuman dengan mama telanjang bulat seperti ini. Penis tegangku tidak tertup apa-apa lagi bergesekan dengan perut dan selangkangan mama.

Cukup lama kami bermesraan, saling berciuman yang tidak sepatutnya dilakukan oleh ibu dan anak kandungnya. Yang mana aku telanjang bulat sedangkan mama mengenakan gaun tidur yang seksi. Sungguh mama membuat aku konak bukan main. Kecantikan wajahnya, kemolekan tubuhnya, ditambah dengan gaun yang dia kenakan. Aku mupeng berat, tapi ku coba untuk tidak berbuat lebih dari ini sekarang. Hingga akhirnya mama meminta untuk berhenti karena sudah sangat mengantuk. Aku yang juga sudah mengantukpun setuju. Aku pikir sudah cukup malam ini. Menurutku apa yang baru saja terjadi malam ini sudah sangat luar biasa.

Muachh…
“Selamat tidur Yang… mimpi indah ya”

“Selamat tidur juga mamaku sayang”

Aku penasaran apa yang akan terjadi malam-malam selanjutnya bersama mama. Aku tak sabar ingin mendapatkan ciuman selamat malam lagi darinya.

Karena aku tidak onani, paginya kudapati celanaku basah. Aku mimpi basah. Tentunya membuat mama kesal karena harus membersihkan sprei tempat tidur. Meskipun begitu, mama tidak menolak saat malamnya aku meminta untuk tidur bareng dengannya lagi.

Saat aku masuk ke kamar mama malam harinya, mama sudah siap menungguku di tepi tempat tidur, dia telah mengenakan gaun tidur yang berbeda dari kemaren. Birahiku langsung naik melihat ibu kandungku itu. Mama sangat cantik. Akupun langsung menuju mama untuk mengajaknya berciuman. Kami berciuman dengan panasnya seperti kemaren. Saling mencium, membelit lidah, dan menjilati wajah satu sama lain hingga badan kami bermandikan keringat karena panasnya aksi kami.

Aku kemudian menurunkan celanaku dan bertelanjang bulat.
“Dasar…” hanya itu yang dia ucapkan sambil mencubit pelan hidungku. Akupun kembali berciuman dengan mama dengan penis mengacung bebas.

“Yang…” panggil mama setelah cukup lama kami saling berciuman.

“Ya Ma?”

“Sebelum tidur kamu keluarin dulu deh, jangan sampai nanti ngotorin sprei lagi” suruh mama padaku.

“Keluarin apa Ma?”

“Spermamuuu…”

“Oh… emang mama udah mau tidur ya?”

“Iya… emang kamu belum? Mau nyium mama sampai kapan sih? Sana, ke kamar mandi”

“I-iya Ma…” jawabku. Akupun ke kamar mandi. Ku kocok penisku sambil membayangkan mama. Bisa saja aku muncrat saat itu juga karena aku memang sangat horni, tapi aku tiba-tiba memikirkan rencana lain. Aku kembali masuk ke dalam kamar mama.

“Sudah keluar Yang?” tanyanya sambil berbaring miring menghadap ke arahku.

“Belum ma…”

“Lho…. kok belum?”

“Gak mau keluar, aku boleh gak keluarin di sini aja? Di depan mama…”

“Duh kamu ini. Ya udah, terserah kamu deh. Asal jangan kena sprei lagi ya”

“Iya…”

Aku senang sekali. Segera ku kocok kontolku. Rasanya gimanaaaa gitu mengocok kontol di depan ibu kandung sendiri sambil dilihatin olehnya. Sensasinya sungguh luar biasa. Begitu cabul. Aku yakin mama juga merasa aneh melihat aku onani di depannya. Mungkin dia merasa risih, tapi sepertinya sensasi erotis ini justru membuat kami semakin penasaran dan ketagihan melakukan hal tabu yang tidak sepatutnya dilakukan oleh ibu dan anak seperti yang sedang kami lakukan sekarang.

“Enak Di?”

“Enak banget Ma”

“Kamu suka ya onani di depan mama?”

“Iya… Danii suka ngocok kontol  Dani sambil dilihatin mama. Mama cantik, seksi, aku pengen ngocok sampai Dani muncratin peju di depan mama,” jawabku vulgar. Darahku berdesir karena akhirnya aku mengucapkan kalimat seperti itu pada ibu kandungku sendiri. Mama sendiri hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku. Entah apa yang ada di pikirannya mendengar anak kandung laki-lakinya berucap seperti itu pada dirinya.

“Sini naik,” pinta mama kemudian. Aku turuti saja permintaannya. Aku naik ke tempat tidur dan berbaring di samping mama. Ku tatap wajah cantik mama yang juga sedang menatapku. Tanganku masih terus mengocok kontolku.

Tiba-tiba mama naik ke tubuhku lalu mencium bibirku dan mengajakku membelit lidah. Aku terkejut. Sensasi yang ku rasakan kini menjadi berkali-kali lipat. Rasanya sungguh luar biasa mengocok kontol sambil berciuman dengan mama sendiri.

“Biar cepat keluar, mama udah ngantuk” ucapnya berbisik. Aku senang sekali mama seakan membantuku onani. Kamipun saling berciuman sambil aku terus mengocok kontolku. Tidak butuh waktu lama, aku yang dari tadi sudah horni kini tak tahan lagi untuk mengeluarkan isi kantong zakarku. Mama yang sadar aku akan segera muncratpun melepaskan ciumannya.

“Sana keluarin, jangan sampai ngotorin sprei” suruhnya. Akupun miringkan tubuhku menghadap tepi ranjang.

“Ma…. Aku muncraaaat”

“Iyaah, keluarin aja semuanya anakku sayang. Keluarkan spermamu…” ucap mama manja.

“Mamaaaaaaa… nggghhhh…”
Crooooot… Croooooott…

Sambil menyebut nama mama akupun menembakkan spermaku ke lantai. Begitu banyak dan kental mengotori lantai kamar tidur orangtuaku. Aku senang sekali. Aku baru saja onani terang-terangan di hadapan ibu kandungku dan mengotori lantai kamarnya.

“Udah selesai?”

“Udah”

“Enak nggak?”

“Enak ma… tapi lantainya jadi kotor tuh Ma”

“Mana? Coba mama lihat” ucapnya sambil berangsut ke sisi ranjang tempat aku berbaring, tubuhya menindih diriku. Langsung saja ku peluk tubuhnya. Mama sepertinya penasaran sebanyak apa sperma yang keluar dari kontol anak kandungnya karena beronani membayangkan dirinya. Tentu saja sangat banyak, karena ini onani terhebat yang pernah aku rasakan. Tidak ada yang lebih hebat dari pada onani membayangkan ibu kandung sendiri di hadapan beliau langsung.

“Banyak kan Ma?” ujarku bangga menunjukkan sperma hasil onaniku barusan pada mama.

“Iya banyak. Duh, sampai berceceran gitu… Tapi gak apa deh lantainya yang kotor, asal jangan spreinya aja yang kotor”

“Berarti besok boleh lagi dong Ma?” tanyaku antusias.

“Yeee… mau nya…” ucapnya gemas sambil menarik-narik hidungku.

“Hehehe”

“Itu udah semua kan? Jangan sampai mimpi basah lagi ya nanti”

“Iya Ma…”

“Ya udah, tidur lagi sana” ucap mama turun dari tubuh telanjangku.

“Tapi besok boleh lagi kan Ma?” tanyaku sekali lagi karena penasaran. Mama tidak menjawab. Dia hanya tersenyum.

“Selamat malam sayang, muach…” ucapnya sambil mengecup keningku, lalu menyelimuti tubuhnya dan memunggungiku. Arghh… aku sungguh gemas. Beruntungnya aku punya ibu kandung seperti mama.

Sejak saat itu, setiap papa tidak pulang ke rumah, aku akan selalu meminta mama untuk tidur dengannya. Mama tidak keberatan. Dia selalu menyambutku dengan senang hati saat aku masuk ke kamarnya. Biasanya aku akan ke kamar mama begitu adikku masuk ke kamarnya untuk tidur. Mama selalu siap dengan gaun tidur yang dia kenakan. Bahkan sekali seminggu mama pasti akan mengenakan gaun tidur baru yang baru saja dia beli, yang mana khusus tersaji untuk dilihat oleh anak kandungnya seorang.

Ketika masuk ke kamar mama, aku akan langsung membuka celanaku dan bertelanjang bulat. Kalau tidak tahan, aku akan langsung mencium mama sambil berdiri, barulah kemudian mengajak mama berciuman dan membelit lidah di ranjang. Berguling-gulingan, berpelukan hingga tubuh kami banjir keringat. Setelah puas, aku kemudian akan mengocok penisku dengan ditemani mama sampai aku memuncratkan spermaku ke lantai. Hal tersebut terus kami lakukan setiap malam.

Gaun tidur yang mama kenakan biasanya akan acak-acakan karena ulahku hingga memperlihatkan buah dada dan celana dalamnya. Gaun tidurnya menggantung begitu saja di perut mama. Sekarang mama tampaknya sudah capek harus membetulkan gaun tidurnya lagi. Dia kini pasrah saja buah dadanya menjadi santapan mata anak laki-lakinya. Pernah aku mencoba untuk menyentuh buah dadanya, tapi tanganku langsung ditepis mama. Dia ternyata masih tidak mau aku melakukan hal yang lebih jauh.

Pada suatu malam, saat kami sedang asik-asiknya berciuman hingga keringatan. Aku yang terlalu bernafsu menjamah tubuh mama membuat gaun tidur yang mama kenakan menjadi robek, padahal itu gaun tidur yang baru saja dia beli, dan ku tahu harganya cukup mahal.

“Duh, robek kan…. kamu sih Yang…” ujar mama cemberut. Bagian yang robek itu membuat buah dada mama terpampang bebas. Membuat mama terlihat sangat menggairahkan.

“Maaf deh Ma…” ucapku. Mama menatap lama padaku. Matanya memancarkan sesuatu. Aku tahu kalau mama akan melakukan sesuatu yang luar biasa.

Benar saja, mama dengan gerakan perlahan mulai membuka gaun tidurnya. Dia lepaskan pakaiannya itu dari tubuhnya, kemudian dengan sembarang melempar gaunnya itu ke sudut kamar. Sekarang mama nyaris telanjang bulat! Hanya mengenakan celana dalam saja! Aku semakin birahi melihat ibu kandungku ini.

“Ma…” panggilku dengan nafas tertahan. Aku begitu takjub dengan pemandangan ini. Mama begitu mempesona. Buah dadanya begitu indah menggantung. Urat-urat hijau begitu kontras dengan kulit payudara mama yang putih. Begitu memanjakan mataku, anak laki-lakinya ini.

“Bajunya robek, gak bisa dipakai lagi” ucap mama santai. Sungguh menggemaskan, langsung ku tarik mama dan menindih tubuhnya lagi. Kami saling berciuman lagi. Kali ini tubuh telanjangku bergesekan langsung dengan tubuh mama yang juga nyaris telanjang. Dadaku berhimpitan dengan buah dadanya. Puting susunya terasa menekan dadaku. Tanganku kini dengan bebasnya menggerayangi punggung mama. Sungguh sensasi yang luar biasa bisa bermesraan dan bertelanjang berdua dengan ibu kandung yang cantik dan seksi seperti mama. Aku begitu horni.

Semakin lama aku semakin tak kuat, tanganku sudah menggerepe-gerepe kemana-mana hingga meremas pantatnya yang terbalut celana dalam. Bau tubuh telanjang mama yang berkeringat betul-betul membuatku tak tahan. Akupun akhirnya beranjak ke tepi ranjang dan menumpahkan spermaku ke lantai. Barulah setelah itu kami tidur.

Aktifitas seperti itu selalu kami lakukan setiap malam. Kadang mama menantiku dengan gaun tidurnya, tapi kadang menantiku dengan hanya memakai celana dalam. Akupun kini setiap ke kamar mama sudah tidak memakai apa-apa lagi dari kamar. Kalau saat itu mama sedang memakai gaun tidur sedangkan aku ingin mama bertelanjang, maka akupun meminta mama melepaskan gaun tidurnya, bahkan membantu menelanjangi mama. Mama tidak menolak. Dia membiarkan anak lelakinya sendiri menelanjangi dirinya. Entah apa jadinya kalau papa mengetahui kalau istrinya ditelanjangi, dijamah, dan cium habis-habisan oleh anak kandungnya sendiri di atas tempat tidurnya. Entah apa jadinya kalau lantai kamarnya selalu kotor oleh sperma anak laki-lakinya yang baru saja bermain-main dengan tubuh istrinya.

Mama kini juga sudah tidak menepis tanganku yang selalu berusaha menyentuh buah dadanya. Dia sepertinya sudah capek mengurus tanganku yang selalu liar menggerepe tubuhnya. Tangankupun kini dapat menikmati tubuhnya dengan bebas. Meremas buah dadanya, memilin puting susunya, serta menarik-narik puting susu ibu kandungku ini. Mama selalu melenguh manja tiap aku mempermainkan buah dadanya. Jelas dia terbawa nafsu. Baik aku maupun mama sangat menikmati permainan erotis yang sangat tabu ini. Yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang ibu dan anak laki-lakinya.

***